Kurang
lebih dua minggu yang lalu saya menerima sms dari seeorang, dia menanyakan
tentang shalat talaq bala.
saat itu belum sempat saya jawab karena jujur saja nama shalatnya saja baru
saya kenal, ya.. daripada salah menjawab nampaknya akan lebih baik jika
ditangguhkan saja jawaban tersebut.
Iseng-iseng
berhadiah tadi pagi saya membereskan buku-buku saya yang tersimpan sangat
acak-acakan, sampai akhirnya saya menemukan buku yang telah setahun dibeli tapi
belum sempat dibaca buku tersebut berjudul “MENGENAL SHALAT HARAM DAN BID’AH”. Penasaran dengan isi buku
tersebut aku mencoba membacanya dan akhirnya saya menemukan judul Shalat Rebo
wekasan yang ternyata nama shalat ini adalah nama lain dari shalat thalaq bala,
untuk lebih jelasnya isi buku tersebut akan saya tulis ulang, dan mudah-mudahan
tulisn ini bisa menjadi jawaban buat Rica khususnya dan buat seluruh ummat yang
memerlukan penjelasan tentang hal ini pada umumnya.
PENGERTIAN SHALAT REBO WEKASAN
Shalat
Rebo Wekasan adalah shalat empat raka’at yang dikerjakan pada hari Rabu
terakhir bulan safar, setelah shalat isyraq (terbit matahari) kira-kira jam
06.30.
Shalat
ini dikalangan orang-orang yang melakukannya disebut shalat sunnah Lidaf’il bala (shalat tolak bala) Karena menurut
mereka bahwa pada tiap hari rebo bulan safar, Allah menurunkan malapetaka
sebanyak 360.000 dan menurunkan 20.000 bahaya.
CARA SHALAT REBO WEKASAN
Dilaksankan
pada hari Rebo terakhir di bulan safar, kira-kira pukul 06.30 sebayak empat
rakaat seperti shalat biasa. Surat yang dibaca setelah surat Al Fatihah adalah
Al Kautsar sebanyak 17 kali. Surat Al Ikhlash sebanyak 5 kali. Surat Al Falaq 1
kali, dan surat an nas 1 kali. setelah selesai shalat membaca doa berikut ini
sebanyak 3 kali :
“Astaghfirullahal
‘adziim alladzii laa ilaaha illa huwal hayyul qayyuum wa atubu ilaih taubatan
abdin dzhalimin laa yamliku linafsihi dlarran walaa naf’an walaa hayatan walaa
mautan walaa nusuuran”
Allahumma
shalli ‘alaa syyidina muhammadin wadfa’anna minal balail mubram innaka ‘alaa
kulli syai’in qadiir. Allahummaa inni audzubikalimati taammati kulliha
minarrihil ahmari maniddaail akbari finafsi wadami wal lahmi wal ‘adhmi wal
juludi wal ‘uruuqi. Subhanaka idza qadaita amran ayyaquula lahu kun fayakuu.
Allahu Akbar birrahmatika yaa arhamar rahimiin”.
ASAL MULA ADANYA SHALAT REBO WEKASAN
Pada
masa Rasulullah saw shalat ini tidak ada, demikian juga pada masa sahabat. oleh
karena itu tidak ada secuilpun hadits yang menerangkan shalat tersebut.
Ajaran
shalat ini disebutkan dalam kitab “KANZUNNAJAH’
karangan Abdul Hakim Kudus, yang katanya pernah mengajar di Masjidil
Haram Makkah Al Mukaramah. Dalam kita tersebut diterangkan bahwa telah berkata
se bagian ulama ‘arifin dari ahli mukasysyafah bahwa turun pada tiap tahun
360.000 mala petaka dan 20.000 bahaya, yang turunnya pada tiap hari rebo
terakhir bulan safar. Bagi yang shalat pada hari tersebut sebanyak empat rakaat
dengan cara tersebut di atas maka akan selamat dari semua bencana dan bahaya
tersebut.
Melihat
keterangan tersebut jelaslah bahwa ajaran tersebut berasal dari salah seorang
ulama sufi yang diyakini sebagai ahli mukasy-syafah (tahu sebelum terjadi). Maka para ulama berpendapat bahwa shalat
thalaq bala ini termasuk bid’ah dan sebagian lain mengatakan mubah yakni boleh dilakukan karena
termasuk fadhoilul amal.
Adapun
pendapat yang mengatakan bahwa shalat tersebut bid’ah adalah berdasrkan alasan
sbb :
- Bahwa setiap ajaran ibadah yang berhak menentukan dan mensyariatkan hanyalah Allah dan Rasul-Nya, sedangkan yang dibuat-buat adalah bid’ah
- Bahwa Rasulullah saw tidak pernah mangajarkan, menganjurkan shalat thalak bala’, maka shalat ini termasuk perbuatan bid’ah.
- Bahwa seseorang selain Nabi tidak boleh membuat ajaran ibadah.
Aisyah
ra, berkata : “sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : Barang siapa yang membuat
ajaran baru yang tidak pernah saya ajarkan maka ajaran itu ditolak (H.R.
Bukhori Muslim).
Kesimpulannya
bahwa pelaksanaan shalat rebo wekasan atau shalat thalaq bala tidak pernah
diajarkan oleh Rasulullah SAW, maka dengan demikian shalat ini termasuk
kategori bid’ah karena tidak dicontohkan oleh Rasulullah, maka sebaiknya
jauhilah perbuatan bid’ah ini
Wallahu
‘alam
0 Komentar