DIKLAT
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Didalam makalah ini penulis akan
mencoba menguraikan dan membahas tentang bagaimana memahami sebuah manajemen
didalam penyelenggaraan pendidikan dan latihan ( Diklat ). Sehingga setelah
memahami hal tersebut, akan bisa menyelenggarakan sebuah pendidikan dan
pelatihan yang baik, yang tersistem, tertata, terstuktur sehinnga apa yang
menjadi tujuan jangka pendek dan jangka panjang dari sebuah diklat bisa
tercapai dengan baik.
B.
Rumusan Masalah
Didalam Makalah ini, untuk memudahkan
pemahaman penulis membuat rumusan masalah dibuat dalam bentuk modul, antara
lain :
1)
Modul 1 : Pengertian Manajemen
Pelatihan
2)
Modul 2 : Perencanaan Pelatihan
3)
Modul
3 : Penyusunan Kurikulum
4)
Modul
4 : Perancangan Pelatihan
5)
Modul
5 : Penyelenggaraan Pelatihan
6)
Modul
6 : Pengembangan Manajemen Pelatihan.
C.
Tujuan
Makalah
Penulis
berharap setelah memahami makalah ini, diharapkan kita bisa menjelaskan dan
menyusun rencana pelatihan serta menerapkan prinsip-prinsip dan kaidah
manajemen pelatihan
BAB II
PEMBAHASAN
A. MODUL 1 : PENGERTIAN
MANAJEMEN PELATIHAN
1.
Kegiatan Belajar 1 : Pengertian
Manajemen Pelatihan
Secara alamiah orang akan berkembang
bersama dengan dunia yang digelutinya, tetapi sering kali pertumbuhan
perusahaan atau organisasi menuntut orang berkembang lebih cepat. Sinkronisasi
pertumbuhan organisasi dengan perkembangan petugas tidak lain adalah pengisian
kesenjangan pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang untuk memenuhi
tuntutan jabatan tertentu. Jadi pelatihan adalah proses pengisian kesenjangan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang dengan tuntutan pekerjaannya.
Manajemen pelatihan adalah pengelolaan pelatihan yang mencakup perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasinya.
2.
Kegiatan
Belajar 2 : Kegiatan-kegiatan
Manajemen Pelatihan
Kegiatan-kegiatan
dalam manajemen pelatihan meliputi: menetapkan sasaran, perencanaan,
pelaksanaan, pengecekan/pengawasan dan pengembangan diklat. Perencanaan adalah
menentukan kebutuhan latihan berikut rekomendasinya. Menyusun pola dan program
latihan sesuai rekomendasi berikut metode dan sarana latihan. Pelaksanaan
adalah menyelenggarakan dan melaksanakan latihan. Pengecekan/pengawasan adalah
menilai hasil-hasil dari pelaksanaan latihan yang telah dilakukan serta
mengetahui apa-apa yang masih perlu disempurnakan. Penelitian dan pengembangan
adalah meneliti dan mengembangkan cara-cara latihan sesuai dengan perkembangan
ilmu dan pengalaman agar tercapai produktivitas kerja.
3. Kegiatan Belajar 2 Macam-macam Pelatihan
a)
Pendidikan dan pelatihan
prajabatan.
b)
Pendidikan dan pelatihan dalam
jabatan:
1)
pendidikan dan pelatihan
struktural;
2)
pendidikan dan pelatihan
fungsional;
3)
pendidikan dan pelatihan
teknis.
Pendidikan dan pelatihan dalam jabatan dibagi lagi
dalam: 1) on the Job training (pelatihan dalam pekerjaan) dan 2) off the Job
training (pelatihan diluar pekerjaan).
Terdapat beberapa jenis pelatihan, yaitu:
a)
Kursus : Membekali sasaran
dengan pengalaman belajar yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah,
memenuhi kebutuhan yang sudah dirasakan, membekali pengalaman yang berguna bagi
pemecahan masalah atau pemenuhan kebutuhan di masa mendatang yang mungkin belum
dirasakan.
b)
Magang: merupakan bentuk
pelatihan/proses belajar dari seorang atau beberapa orang yang dibimbing oleh
orang yang lebih berpengalaman.
c)
Sekolah Lapangan: adalah
sekolah yang berada di lapangan, mempunyai peserta dan pemandu lapangan, juga
mempunyai kurikulum, tes/ujian dan sertifikat tanda lulus.
B. MODUL 2 : PERENCANAAN
PELATIHAN
1.
Kegiatan Belajar 1 Analisis Kebutuhan Latihan dan Investarisasi
kebutuhan latihan adalah selisih antara sikap dan
keterampilan yang diminta dengan sikap dan keterampilan yang dimiliki, atau
selisih yang telah dicapai. Sedangkan analisis kebutuhan diklat adalah
penentuan perbedaan antara keadaan yang nyata dan kondisi yang diinginkan dalam
kerja manusia pada suatu organisasi yang mencakup: pengetahuan, keterampilan,
dan sikap.
Tujuan analisis kebutuhan adalah:
a)
Menggambarkan sifat yang
sebenarnya dari suatu diskrepansi/kesenjangan pelaksanaan pekerjaan.
b)
Menentukan sebab-sebab
kesenjangan.
c)
Merekomendasikan solusi yang
cocok.
d)
Menggambarkan populasi calon
peserta.
2.
Kegiatan Belajar 2 Metodologi/Teknik Pengumpulan Data dan
Prioritas
Kebutuhan Latihan
Teknik pengumpulan data yang dapat digunakan untuk
memperoleh data tentang jenis-jenis keterampilan yang dibutuhkan dan perlu
dilatihkan adalah:
a)
interview pribadi;
b)
survei;
c)
review dokumen;
d)
review secara langsung output
kerja;
e)
review langsung pelaksanaan
pekerjaan;
f)
penelitian.
Sedangkan teknik yang biasa dilakukan antara lain:
a)
pengamatan
di tempat kerja;
b)
wawancara;
c)
memeriksa
catatan/laporan hasil kerja;
d)
mengembangkan
instrumen pengumpulan data;
e)
melakukan
persiapan;
f)
melaksanakan pengumpulan data,
g)
mengolah
data.
Dalam menentukan prioritas kebutuhan
latihan dilakukan beberapa tahap yaitu:
a) Dasar penyusunan kebutuhan
b) Penyusunan kebutuhan
c) Mendaftarkan komponen yang kurang efisien/kritis
e) Menentukan prioritas kebutuhan.
C. MODUL 3 : PENYUSUNAN
KURIKULUM
1.
Kegiatan Belajar 1 Tujuan, Fungsi, Komponen, dan Pendekatan Kurikulum
Pada dasarnya kurikulum diklat sama dengan kurikulum
pendidikan di sekolah, yaitu merupakan kumpulan pengalaman dan gagasan yang
ditata dalam bentuk kegiatan sebagai proses pembelajaran sedemikian rupa,
sehingga pengalaman dan gagasan itu terjalin, disajikan dengan menggunakan
metode dan media yang disesuaikan dengan kebutuhan, dengan memperhatikan
nilai-nilai yang ada. Diklat fungsional menekankan pada peningkatan penguasaan
pengetahuan dan atau keterampilan sesuai dengan keahlian masing-masing. Tujuan
kurikulum adalah apa yang harus dicapai, yang merupakan pedoman yang harus
dikuasai, dan bagaimana cara melakukannya (menerapkannya).
Sumber-sumber penyusunan kurikulum:
a)
sumber tujuan kurikulum adalah
kebudayaan masyarakat;
b)
sumber tujuan kurikulum adalah
individu;
c)
sumber tujuan kurikulum adalah
untuk belajar mengumpulkan sebanyak mungkin pengetahuan.
Ada tiga tingkatan kurikulum yaitu:
a) Tujuan Nasional;
b) Tujuan Institusional
c) Tujuan Kurikuler.
Fungsi kurikulum ada tiga yaitu:
a) Fungsi Transmisi;
b) Fungsi Transformasi;
c) Fungsi Pengembangan Individu.
Komponen kurikulum mencakup:
a) tujuan,
b) bahan pelajaran,
c) proses belajar-mengajar,
d) penilaian.
Pendekatan kurikulum antara lain:
a) Pendekatan Pengembangan Kognitif.
b) Pendekatan Teknologi.
c) Pendekatan Aktivitas Diri.
d) Pendekatan Rekonstruksi Sosial.
e) Pendekatan Rasional Akademik.
f) Pendekatan Kompetensi Kerja.
2. Kegiatan Belajar 2 Langkah-langkah Penyusunan Kurikulum Diklat
Langkah-langkah penyusunan kurikulum
diklat terdiri atas:
a) Menentukan/merumuskan tujuan:
1) TPU/TIU : Tujuan Instruksional Umum
2) TPK/TIK : Tujuan Instruksional
Khusus
b) Merumuskan Kompetensi.
Yaitu kompetensi yang diharapkan dikuasai
peserta setelah menyelesaikan diklat. Kompetensi ini
harus relevan dengan pekerjaan teknis atau pekerjaan fungsional yang
bersangkutan.
c)
Menentukan Mata Pelajaran
Mata
pelajaran dirumuskan setelah ditentukan dulu kompetensi yang diharapkan
dikuasai oleh peserta.
d)
Menentukan Metode
Metode
mana yang akan digunakan sangat bergantung pada komponen-komponen lainnya
seperti tujuan, materi, media yang digunakan dan lainnya. Umumnya metode yang paling baik
adalah kombinasi dari metode-metode di atas.
e)
Evaluasi
Evaluasi perlu dilakukan baik pada peserta
diklat, pelatih/widyaiswara maupun penyelenggara diklat untuk perbaikan dan
penyempurnaan di masa yang akan datang.
1. Kegiatan Belajar 1 Merancang Bangun Kegiatan Pelatihan
Rancangbangun (desain) suatu
pendidikan dan pelatihan dibutuhkan agar program pelatihan yang direncanakan
mempunyai kualitas yang memadai dan realistis. Rancangbangun suatu diklat
adalah suatu proses perencanaan urutan kegiatan komponen pelatihan yang
merupakan suatu kesatuan yang utuh dari program tersebut. Dalam merancang suatu
rancangbangun pelatihan khususnya perlu perumusan yang tepat tentang tujuan
program yang direncanakan, metode yang akan diterapkan dalam pelatihan tersebut
serta format yang dibutuhkan dalam pelatihan.
Ada 6 (enam) Model Rancangbangun Pendidikan dan Latihan yang dapat
digunakan dalam merencanakan pendidikan & latihan, yaitu model:
a)
Depdiknas/Pusdiklat
b)
Horace Reed
c)
Uday Pareek & Roy Lynton
d)
Critical Events
e)
Desain Diklat
f)
Francis Ulschak
Model-model tersebut pada dasarnya melihat dari aspek
tertentu, sehingga pemilihan model yang tepat disesuaikan dengan ciri
pendidikan dan latihan yang akan diselenggarakan. Pendekatan Diklat perlu
ditentukan sebelum merancang bangun (desain) suatu pelatihan.
Pendekatan Diklat terdiri dari 3 (tiga) pendekatan,
yaitu
a)
model kejadian kritis
b)
pendekatan siklus
c)
pendekatan sistem.
Masing-masing pendekatan memiliki spesifikasi tersendiri
dan untuk merancangbangun suatu pelatihan perlu dipilih salah satu pendekatan
yang paling sesuai dengan rancangbangun yang akan dibuat.
2.
Kegiatan Belajar 2 Merumuskan Tujuan Latihan
Tujuan belajar dalam suatu latihan merupakan tujuan
latihan dalam bentuk kemampuan peserta pada akhir latihan. Dalam proses
belajar-mengajar, latihan belajar disebut Tujuan Instruksional Khusus (TIK).
TIK yang disusun secara baik akan dapat memberikan manfaat yaitu:
a)
memberikan arah latihan yang
jelas, sehingga memudahkan menentukan cara untuk mencapainya.
b)
memungkinkan para pelatih
saling membantu secara aktif dan memungkinkan peserta menyiapkan diri lebih
baik serta turut bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan.
c)
memungkinkan komunikasi yang
lebih lancar dan lebih efisien antara pelatih, peserta latihan, dan panitia.
d)
dapat menghindari pelayanan
atau materi latihan yang tumpang tindih.
e)
dapat memungkinkan peserta
latihan belajar lebih efisien, karena mereka dapat mengkonsentrasikan diri pada
tujuan yang pasti dan dapat menghemat waktu dengan tidak perlu lagi melakukan
yang sudah dikuasainya.
f)
mendudukkan pelatih dalam
pelaksanaannya yang tepat sebagai pendidik dan pembina, Ia buka hanya sekedar
penerus informasi, melainkan pembimbing dan pemberi fasilitas belajar.
TIK suatu latihan hendaknya mengacu kepada kemampuan
peserta pada akhir latihan, mudah diamati dan terukur. Perumusan TIK harus
jelas, menggunakan kata kerja yang sifatnya operasional dengan melibatkan
paling tidak 3 (tiga) komponen, yaitu penilaian yang dikehendaki (P, K, dan S),
materi yang dibahas dan kondisi. Selain itu TIK harus menempatkan peserta latihan
sebagai pokok kalimat.
3.
Kegiatan Belajar 3 Kegiatan Belajar Dalam Pelatihan
Dalam setiap kegiatan latihan, perlu menerapkan 5 (lima)
prinsip proses belajar, terutama pelatih yang memandu proses belajar-mengajar.
Prinsip proses belajar tersebut adalah:
a)
adanya tujuan latihan yang
dihayati;
b)
dalam menyajikan materi
pelatihan secara berurutan;
c)
dalam penyelenggaraan proses
belajar-mengajar hendaknya menguasai perbedaan individu yang dihormati;
d)
pelatihan hendaknya memberi
kesempatan kepada peserta untuk berlatih, terutama materi yang praktis,
bermanfaat bagi peserta;
e)
pelatih dapat menunjukan segera
hasil belajar yang dicapai peserta latihan dan menunjukkan dimana letak benar
atau salahnya.
Aplikasi 5 (lima) prinsip belajar
dalam rencana pengajaran dapat dituangkan dengan memperinci/menguraikan secara
singkat berturut-turut, tujuan pelatihan. Khusus latihan uraian pendahuluan
teori topik yang bersangkutan, peragaan yang dilaksanakan dan prosesnya,
latihan bagi peserta serta diskusi dan tanya jawab tentang pokok bahasan.
Diakhiri dengan penugasan peserta untuk melakukan hal yang sama (berlatih) dan
membuat tulisan berkenaan dengan pokok bahasan.
4.
Kegiatan Belajar 4 Metode Latihan
a)
Cara belajar lewat pengalaman
atau dikenal juga dengan Siklus Belajar lewat Pengalaman (ELC = Experienced
Learning Cycle)
banyak
diterapkan dalam pelatihan, karena dipandang cocok untuk kondisi kemampuan
orang dewasa yang mengalami penurunan.
b)
Permainan dinamika kelompok
c)
Ceramah
untuk
penjelasan-penjelasan yang bersifat pengetahuan & teoretis.
d)
Demonstrasi
e)
Diskusi
5.
Kegiatan Belajar 5 Langkah-langkah Penyelenggaraan Latihan
a)
Langkah awal yaitu persiapan
latihan yang mencakup baik dibidang surat menyurat, kepesertaan, jadwal,
pembiayaan, dan sebagainya (persiapan administratif). Selain itu yang penting
juga adalah persiapan edukatif (proses pelatihan) yang mencakup hal-hal seperti
pelatih, jadwal kuliah & praktek dan acara pembukaan, penutupan, penugasan,
evaluasi, dan sebagainya.
b)
Pelaksanaan latihan dimulai
dengan perubahan dimana panitia/petugas perlu mempersiapkan acara yang perlu
disusun, fasilitas pertemuan dan undangan. Sesudah acara pembukaan dapat
dilanjutkan dengan acara seperti penjelasan tentang proses pelatihan, hal dan
tanggung jawab/kewajiban peserta dan tes awal (pretest). Pelaksanaan latihan
mengacu kepada kurikulum dan silabi, proses pembelajaran yang spesifik pola
pelatihan serta jam kuliah & praktek yang direncanakan. Masalah yang muncul
selama proses pelatihan perlu diidentifikasi dan segera dicari solusi pemecahannya
baik menyangkut kepesertaan, jadwal latihan, fasilitas, dan sebagainya.
c)
evaluasi akhir (post test)
untuk mengukur keberhasilan pelatihan. Surat Tanda Tamat Pelatihan perlu
diserahkan pada acara penutupan tersebut.
1.
Kegiatan Belajar 1 Latihan Partisipatif
Latihan partisipatif merupakan bentuk pendidikan
nonformal khususnya bagi orang dewasa. Latihan partisipatif menempatkan warga
belajar atau peserta sebagai subjek pendidikan, keadaan demikian menjadikan
peranan pelatih dalam konteks latihan partisipatif berbeda atau berubah apabila
dibanding dengan peranan pelatih pada latihan konvensional. Pada latihan
konvensional, pelatih dianggap sebagai orang yang mengetahui banyak hal serta
sebagai orang yang mampu memecahkan hampir semua persoalan. Sedangkan pada
konteks latihan partisipatif, pelatih dipandang sederajat kedudukannya dengan
peserta dan oleh karena itu berfungsi sebagai mitra belajar.
2.
Kegiatan Belajar 2 Pengorganisasian Latihan
Dalam usaha mengoptimalkan tujuan, pengorganisasian
suatu latihan dapat menggunakan prinsip-prinsip pengorganisasian latihan,
yaitu:
a)
semua yang terlibat dapat
menunaikan tugas masing-masing secara profesional sejak pralatihan, pelaksanaan
dan pascalatihan,
b)
pengarahan unsur pendukung
latihan diarahkan pada tercapainya tujuan latihan,
c)
unsur pendukung manusia seperti
pelatih, penyelenggara, teknisi, peserta perlu kerja sama dan masing-masing
berperan secara tepat. Prinsipnya adalah peserta dipandang sebagai subjek
(pelaku) pendidikan bukan objek.
3.
Kegiatan Belajar 3 Masalah-masalah Dalam Latihan dan Alternatif
Pemecahannya
Masalah-masalah tersebut dapat muncul pada saat
menjelang latihan (pralatihan), pada saat latihan maupun sesudah latihan
(pascalatihan).
a)
Masalah pralatihan, ditemukan
pada saat pemaparan, dapat mencakup jumlah dan keaktifan peserta. Jumlah
peserta dapat terlalu banyak atau sedikit. Ketersediaan pelatih yang kurang
memenuhi syarat serta kekurangan jumlah pelatih, dapat juga menjadi masalah
dalam pelatihan.
b)
Masalah yang muncul selama
proses pelatihan, terutama proses pembelajaran perlu diidentifikasi dan dicari
secara cepat agar tidak berakibat terhadap efektivitas latihan. Masalah dalam
pelaksanaan latihan terutama jika masa pelatihan cukup lama (1-6 bulan) atau
lebih, maka semangat mengikuti latihan akan menurun. Untuk itu semua komponen
pelatihan dapat melakukan berbagai variasi pelayanan baik dalam acara
pelatihan, materi pelatihan maupun pelayanan proses belajar-mengajar,
penjadwalan, acara hiburan, dsb.
c)
Sesudah latihan, perlu ada
tindak lanjut. Masalah yang ditemukan sesudah latihan (pascalatihan) umumnya
peserta tidak secara cepat memantau dan mau membantu secara kontinu alumni
pelatihan dalam meneruskan materi pelatihan kepada rekan-rekan lainnya.
4.
Kegiatan Belajar 4 Evaluasi Pelatihan
Secara garis besar evaluasi mencakup 3 (tiga) tahap
yaitu :
a)
pengumpulan data,
b)
menggunakan kriteria tertentu
dan
c)
membuat kesimpulan atau
keputusan.
Jenis evaluasi yang digunakan untuk menilai suatu
pelatihan pada dasarnya terdiri atas 2 (dua) model yaitu
a)
evaluasi sepintas lalu dan
b)
evaluasi yang sifatnya ilmiah
(penelitian ilmiah).
Namun secara luas jenis evaluasi tersebut mencakup :
a)
evaluasi sepintas lalu
b)
evaluasi diri sendiri
c)
evaluasi dengan daftar isian
d)
evaluasi dengan survai kegiatan
Dalam pelatihan cara
evaluasi yang banyak dilakukan adalah dengan tes awal (pre-test) dan tes akhir
(post-test).
F. MODUL 6 PENGEMBANGAN
MANAJEMEN PELATIHAN
1.
Kegiatan Belajar 1 Pengembangan Manajemen Program Latihan
Pelatihan pada dasarnya merupakan suatu sistem dimana
masing-masing subsistem pendukung akan menentukan kelancaran proses latihan
maupun efektivitas pelatihan. Fasilitas pendukung atau komponennya terdiri dari
perencanaan pelatihan, peserta dan kualifikasinya, kurikulum yang diterapkan,
pelatih, kurikulum yang dipakai, sarana & prasarana yang tersedia,
pembiayaan yang dibutuhkan serta bagaimana penyelenggaraan latihan dilakukan.
Masing-masing unsur pendukung memiliki fungsi sendiri-sendiri, kesemuanya dianggap
sama penting dalam mensukseskan suatu pelatihan
2.
Kegiatan Belajar 2 Teknik Permainan Dinamika Kelompok Dalam
Pelatihan
Acara pelatihan perlu diselingi
dengan acara permainan dinamika kelompok terutama setelah beberapa saat proses
pelatihan dimana peserta sudah mulai cenderung bosan, kurang perhatian dan
tidak dapat berkonsentrasi. Permainan dinamika kelompok ini ditampilkan + 1 jam
yang berfungsi untuk acara penyegar latihan yang memiliki makna tertentu.
Antara lain perkenalan, pembentukan kelompok kerja, mendinamisasikan komunikasi
kelompok, diskusi kelompok, kerja sama kelompok, kepemimpinan kelompok dan
pengembangan masyarakat. Dalam
acara permainan dinamika kelompok perlu ditampilkan secara sistematis sesuai
dengan tahapan pelatihan. Topik dinamika kelompok digolongkan ke dalam/mengacu
kepada tujuan yang bersifat perkenalan/pembentukan kelompok, komunikasi, kerja
sama, kepemimpinan, diskusi dan penyimpulan. Diusahakan setiap hari dalam
pertemuan diadakan acara permainan dinamika kelompok agar motivasi belajar
peserta latihan dapat lebih kuat dan lebih semangat dalam belajar.
3. Kegiatan Belajar 3 Pemberdayaan SDM Menuju Masyarakat Madani
Ada beberapaalasan penting untuk memberdayakan masyarakat antara lain penduduk yangmemiliki tingkat pendidikan yang rendah, sebagian besar penduduk masih berusahauntuk memenuhi kebutuhan dasar, partisipasi masyarakat dalam pembangunan yangmasih rendah, kurang informasi, kondisi masyarakat yang bervariatif dan lembagamasyarakat yang ada belum berfungsi memberdayakan secara tepat. Agar masyarakatdapat lebih berdaya, yakni yang mandiri serta mampu mengambil keputusan mandirisecara tepat, perlu ada usaha-usaha dari pihak-pihak terkait agar tujuanpeningkatan sumberdaya masyarakat dapat terwujud. Apalagidengan program otonomi daerah yang memberi peluang besar bagi aparat untukmengerahkan sumberdaya yang tersedia.
BAB III
PENUTUP
Demikia makalah ini disusun, seyogyanya pembaca bisa
memahami bahwa didalam menyelenggarakan sebuah Diklat, bahwa jika ingin terselenggara
dengan baik dan sukses, maka perlu diperhatikan pula hal-hal yang harus
dilaksanakan dalam mengelola penyelenggaraan diklat tersebut.
Terima kasih.
2 Komentar
Posting yang menarik gan
BalasHapusMakasih atas infonya.
Kunjungi juga blog saya
Ponsel Update >> eboklik.blogspot.com
Biodata dan foto artis >> selatberita.blogspot.com
makasih informasinya om ,, mampir juga ya palucore.com / ketik palucore aja
BalasHapus