Subscribe Us

MANAJEMEN EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI DALAM PEMBENTUKAN SIKAP SISWA

MANAJEMEN EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI 
DALAM PEMBENTUKAN SIKAP SISWA

Dintisari dari berbagai Sumber
 
 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi seperti sekarang ini, pendidikan nasional kita cenderung lebih menggembor-gemborkan penguasaan ilmu pengetahuan sains dan teknologi daripada pendidikan akhlak dan moral siswa. Terkadang kita lupa bahwa penguasaan sains dan teknologi itu erat kaitannya dengan akhlak siswa itu sendiri. Anak yang berakhlak buruk akan gagal dalam menguasai sains dan teknologi. Maka dahulukanlah perbaikan akhlak, sesudah itu atau berbarengan dengan itu barulah usaha penguasaan ilmu pengetahuan sains dan teknologi.
Tujuan pendidikan tidak hanya diarahkan pada aspek intelektualitas semata, namun lebih jauh lagi sesuai dengan hakikat pendidikan sebagai upaya untuk memanusiakan manusia, maka tujuan pendidikan juga ditekankan pada peningkatan aspek kepribadian, akhlak, dan moralitas. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan yang menampung peserta didik atau siswa, untuk selanjutnya dibina dan dididik supaya bisa berkembang menjadi manusia yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan menjadi manusia yang berakhlak mulia. Sekolah juga merupakan ujung tombak pelaksanaan kegiatan pendidikan, yang diwujudkan melalui proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, kurikuler dan instruksional.[1]
Agar proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, serta mencapai hasil yang diharapkan, maka diperlukan kegiatan manajemen pembelajaran. Keberhasilan dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan tersebut akan sangat bergantung sekali kepada manajemen komponen-komponen pendukung pelaksanaan kegiatan seperti kurikulum, tenaga pendidik, peserta didik, pembiayaan, tenaga pelaksana dan sarana prasarana.[2] Dalam pelaksanaan proses kegiatan pendidikan diperlukan suatu kegiatan yang terencana, terkoordinasi dan terarah, dengan kata lain manajemen dari proses kegiatan pendidikan harus terlaksana dengan baik. Oleh karena itu siswa diharapkan dapat mencapai hasil belajar yang maksimal sehingga tercapainya tujuan pendidikan.
Selain proses kegiatan pembelajaran di kelas, banyak wadah atau program lain yang dijalankan oleh pihak sekolah untuk menunjang proses pendidikan di sekolah demi tercapainya tujuan pendidikan nasional. Salah satu wadah dari pembinaan siswa itu adalah kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang didasari dari tujuan kurikulum sekolah itu sendiri. Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran tetap sekolah.[3] Tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler salah satunya adalah untuk memberikan fasilitas dalam mengembangkan potensi atau keterampilan siswa yang tidak tersalurkan pada saat proses pembelajaran di kelas seperti bidang olahraga, seni, keagamaan dan lainnya. Melalui kegiatan ekstrakurikuler, siswa diharapkan dapat mengembangkan bakat, minat serta kemampuannya. Kegiatan ekstrakurikuler juga merupakan salah satu upaya sekolah untuk mengembangkan potensi siswa melalui pembinaan yang diselenggarakan sekolah demi peningkatan prestasi belajar serta pembentukan karakter sikap siswa.
Salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh sekolah diantaranya adalah kegiatan ekstrakurikuler olahraga bola voli. Permainan bola voli di tingkat MA (Madrasah Aliyah) merupakan  salah  satu  materi  pembelajaran  yang  masuk  ke  dalam  mata pelajaran pendidikan jasmani. Dengan adanya pendidikan jasmani ini siswa diharapkan mampu mengembangkan wawasan, membentuk sikap serta kepribadian, dan prestasi belajar yang baik. Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan[4]. Tujuan pembelajaran pendidikan jasmani itu harus mencakup tujuan dalam domain psikomotorik, domain kognitif, dan tak kalah pentingnya dalam domain afektif.[5]
B.     Kerangka Pemikiran
Manajemen merupakan sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien.[6] Di dalam manajemen, kita pasti menemui dengan apa yang dinamakan fungsi manajemen. Menurut Fungsi manajemen menurut Terry terdiri dari 4 fungsi, yaitu : Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating (pelaksanaan), dan Controlling (pengawasan).[7] Henry Fayol dikenal sebagai bapak teori manajemen modern, dalam teorinya yaitu Manajemen Organisasi Klasik (Classical Organization Theory), Fayol percaya bahwa melalui penguasaan keterampilan dan prinsip-prinsip dasar manajemen, orang yang mendalaminya dapat menjadi seorang manajer yang baik.[8]
Dalam Islam, perencanaan sebelum melakukan setiap kegiatan sangat dianjurkan. Tujuannya adalah supaya setiap kegiatan yang direncanakan terlebih dahulu itu diharapkan hasilnya akan menjadi lebih baik. Seperti yang telah dijelaskan dalam QS. Al-Hasyr ayat 18:[9]
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Diriwayatkan oleh imam Thabrani bahwasannya, Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah SWT mencintai orang yang jika melakukan suatu pekerjaan dilakukan secara itqan (tepat, terarah, dan tuntas)”. (HR. Thabrani).[10]

Dari ayat Al-Qur’an dan Hadits di atas, dapat penulis ambil suatu dasar bahwasannya Allah SWT sangat menyukai orang yang apabila melakukan sesuatu hal atau suatu kegiatan dilakukan dengan baik dan terencana.
Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di luar rencana pelajaran (kurikulum) sekolah.[11] Di dalam kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh sekolah, terdapat banyak kegiatan-kegiatan yang bisa diikuti oleh setiap siswa, antara lain kegiatan pramuka, paskibra, PMR, keagamaan, pencak silat, bola voli, dan sebagainya. Dalam penelitian ini penulis mengambil salah satu kegiatan ekstrakurikuler tersebut untuk dijadikan objek penelitian, yakni kegiatan ekstrakurikuler bola voli.
Kegiatan ekstrakurikuler bola voli merupakan kegiatan yang di dalamnya terkandung banyak nilai-nilai positif. Salah satu dari sekian banyak nilai positif yang ada diantaranya adalah nilai kedisiplinan, kerjasama, saling menghargai, toleransi, fairplay, dan lain sebagainya. Nilai-nilai inilah yang nantinya diharapkan muncul di dalam diri setiap siswa sebagai hasil dari proses kegiatan ekstrakurikuler bola voli itu sendiri. Sehingga kegiatan ekstrakurikuler bola voli bisa ikut membentuk sikap dan prilaku setiap siswa ke arah yang lebih positif.
Adapun tujuan umum dari manajemen ekstrakurikuler bola voli adalah untuk mengatur kegiatan tersebut supaya dapat berjalan secara terencana, terkoordinir, terarah, dan teratur. Sehingga kegiatan ekstrakurikuler ini dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.
Sikap atau attitude, adalah kesiapan merespons yang sifatnya positif atau negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten.[12] Sikap bisa dijadikan sebuah konsep untuk memahami prilaku pada diri seseorang. Dalam proses pembentukan sikap siswa di sekolah, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya baik itu faktor dari dalam (intrinsik), maupun faktor dari luar (ekstrinsik). Kedua faktor itulah yang nantinya akan berperan penting dalam membentuk bagaimana karakter sikap siswa.
Menurut John Lock dari Inggris dan Francis Balcon mengemukakan teorinya tentang “Empirisme” atau lebih dikenal dengan teori “Tabula Rasa”. Teori ini menyatakan bahwa faktor lingkungan adalah faktor yang sangat berpengaruh pada perubahan perilaku manusia.[13] Dicontohkan bahwa bayi manusia yang baru lahir digambarkan sebagai batu pualam yang putih bersih tanpa coretan, bersamaan dengan proses waktu pertumbuhan dan perkembangan, batu pualam ini akan ditulis sesuai kehendak lingkungan sekitar (orang tua, sekolah, masyarakat, dan lain sebagainya).
BAB II
LANDASAN TEORI PENGARUH MANAJEMEN EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI DALAM PEMBENTUKAN SIKAP SISWA

A.    Landasan Teologis
Landasan teologis merupakan sebuah landasan yang diambil dari sudut pandang agama, baik itu dari Al-Qur’an maupun dari Al-Hadits. Manajemen merupakan suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan pekerjaan organisasi serta menggunakan sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran organisasi yang sudah ditetapkan.[14] Sejalan dengan definisi manajemen yang telah dikemukakan oleh para ahli, menurut pandangan islam di dalam melakukan setiap kegiatan, alangkah lebih baik jika kegiatan tersebut dilakukan secara terencana dan teratur, tidak terkecuali pula dalam proses kegiatan pendidikan. Hal ini bisa diartikan bahwa manajemen menurut pandangan islam adalah suatu proses mengelola atau mengatur sesuatu hal supaya menjadi hal yang lebih baik.
Salah satu fungsi dalam manajemen adalah perencanaan, dalam proses perencanaan terhadap program yang akan dilaksanakan seperti dalam kegiatan pendidikan, alangkah lebih baik jika prinsip perencanaan itu mencerminkan nilai-nilai islami yang bersumber pada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Al-Qur’an telah mengajarkan kepada manusia dalam hal perencanaan, seperti yang telah diterangkan di dalam surat Al-Hasyr ayat 18:[15]
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Allah SWT juga berfirman dalam surat Ash-Shaff ayat 4:[16]
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh”.

Dari kedua ayat tersebut dapat kita ambil suatu dasar bahwasannya kebiasaan untuk menyusun rencana ataupun perencanaan dalam hal apapun merupakan sikap yang sangat positif untuk menuju suatu perubahan yang lebih baik, tidak terkecuali juga dalam proses kegiatan pendidikan. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah proses interaksi manusiawai antara pendidik dan subjek didik. Esensi dari pendidikan itu sendiri sebenarnya adalah pengalihan (transmisi) ilmu pengetahuan dari pendidik kepada subjek didik. Kita ingat dalam konsep islam bahwasannya manusia adalah makhluk yang memiliki unsur jasmani dan rohani, fisik dan jiwa yang memungkinkan manusia dapat diberikan pendidikan.
Salah satu dari tujuan pendidikan nasional adalah untuk menjadikan manusia menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan yang maha esa, berilmu pengetahuan dan berakhlak mulia. Membentuk akhlak dan sikap siswa ke arah yang lebih positif melalui proses pendidikan menjadi hal yang sangat penting, karena substansi dari tujuan pendidikan itu bukan hanya untuk menjadikan setiap anak didik mempunyai ilmu pengetahuan tetapi juga untuk menjadikan akhlak dan sikap setiap anak menjadi lebih baik lagi. Allah SWT sangat membenci orang-orang yang memiliki sikap sombong dan membanggakan dirinya.
Telah dijelaskan di atas bahwa menurut pandangan islam segala sesuatu harus dilaksanakan secara teratur dan terencana, tidak terkecuali dalam proses kegiatan pendidikan. Tujuannya tidak lain adalah supaya setiap kegiatan yang direncanakan terlebih dahulu itu diharapkan hasilnya akan lebih baik lagi.
Diriwayatkan oleh imam Thabrani bahwasannya Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah SWT mencintai orang yang jika melakukan suatu pekerjaan dilakukan secara itqan (tepat, terarah, dan tuntas)”.(HR. Thabrani).[17]

Diriwayatkan dari Ya’la, Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah SWT mewajibkan kepada kita untuk berlaku ihsan dalam segala sesuatu.” (HR. Bukhari : 6010).[18]

Dari kedua hadits tersebut dapat penulis ambil suatu dasar bahwasannya manajemen di dalam melakukan setiap kegiatan apapun sangat penting adanya, karena dengan manajemen suatu kegiatan akan lebih teratur dan lebih terarah.
B.     Landasan Filosofis
            Falsafat berasal dari bahasa Yunani yang tersusun dari dua kata, philein dalam arti cinta dan shopos dalam arti hikmat (wisdom).[19] Namun dalam terjemahan umum, filsafat sering diartikan sebagai cinta pada kearifan, kebenaran atau kebijaksanaan. Filsafat merupakan dasar dari perkembangan berbagai ilmu pengetahuan termasuk ilmu pendidikan dan manajemen pendidikan.
            Sebagaimana telah kita ketahui bahwa filsafat bisa dikatakan juga sebagai pandangan hidup. Dalam dunia pendidikan pun filsafat mempunyai peranan yang sangat penting, karena filsafat yang merupakan pandangan hidup ikut menentukan arah dari tujuan proses pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu filsafat dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat, karena pada hakekatnya pendidikan adalah merupakan proses pewarisan nilai-nilai filsafat. Adapun landasan filosofis yang melandasi penelitian ini adalah teori empirisme yang dipelopori oleh John Lock.[20]
Pada abad 17 dan 18 dengan tokoh John Lock dari Inggris dan Francis Balcon mengemukakan teorinya tentang “Empirisme” atau lebih terkenal dengan teori “Tabula Rasa”. Teori ini menggaris bawahi lingkungan adalah faktor yang sangat menentukan perilaku manusia. Dicontohkan bahwa bayi yang baru lahir digambarkan sebagai “batu pualam” yang putih bersih tanpa coretan, bersamaan dengan proses waktu pertumbuhan dan perkembangan, batu pualam ini akan ditulis sesuai dengan kehendak lingkungan sekitar (orang tua, sekolah, masyarakat dan lain sebagainya). Jadi, menurut teori ini lingkungan sangat berpengaruh sekali dalam menentukan perilaku individu.
C.    Landasan Teori
Perkembangan peradaban manusia selalu berubah, dinamis, dan cepat seiring dengan kebutuhan manusia. Demikian pula dengan manajemen, manajemen semakin maju seirama dengan perkembangan alat-alat produksi dan kebutuhan manusia modern. Semakin banyak pula peneliti, industrialis, dan pegawai pemerintahan yang tertarik pada manajemen.[21] Ricky W. Griffin dalam Endin Nasrudin mendefinisikan bahwa manajemen merupakan sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien.[22]
Dari berbagai perkembangan tersebut, lahirlah berbagai pendekatan utama terhadap manajemen yang sering dijadikan sebagai rujukan dalam teori-teori manajemen, atau aliran-aliran pemikiran manajemen. Adapun yang menjadi landasan teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Teori Manajemen Organisasi Klasik (Classical Organization Theory)
Henry Fayol merupakan tokoh dari teori manajemen operasional, dan dikenal sebagai bapak teori manajemen modern. Dalam bukunya yang berjudul Administration Industrielle et Generale (Administrasi Industri dan Umum) Fayol membagi aktivitas-aktivitas industrial dalam enam kelompok, yaitu:
a.       Teknikal (kegiatan memproduksi produk dan mengorganisirnya).
b.      Komersial (kegiatan membeli bahan dan menjualnya).
c.       Finansial (kegiatan pembelanjaan).
d.      Keamanan (kegiatan menjaga keamanan).
e.       Akunting (kegiatan akuntansi) dan
f.       Manajerial (kegiatan manajerial)
Fayol juga merupakan perumus empat belas prinsip manajemen, yaitu:
1)      Pembagian Kerja
2)      Wewenang
3)      Displin
4)      Kesatuan perintah
5)      Kesatuan pengarahan
6)      Meletakan kepentingan perseorangan di bawah kepentingan umum
7)      Balas jasa/imbalan
8)      Sentralisasi
9)      Rantai scalar/khirarki
10)  Order/susunan
11)  Keadilan
12)  Stabilitas staf organisasi
13)  Inisiatif
14)  Esprit de Corps (semangat korps)
Fayol percaya bahwa melalui penguasaan keterampilan dan prinsip dasar manajemen, orang yang mendalaminya dapat menjadi manajer yang baik.[23]
2.      Teori Pendekatan Perilaku (behavioral sciences)
Inti dari pendekatan ini adalah perilaku manusia, memberi manajemen metode-metode atau konsep ilmu sosial yang bersangkutan  khususnya psikologi dan antropologi. Pendekatan ini menekankan bahwa seni manajemen serta seluruh bidang yang berhubungan dengan manusia dipandang dalam istilah-istilah manajemen. Dengan demikian, pendekatan ini melihat seorang manajer adalah pemimpin yang memperlakukan seluruh kegiatan orang yang dipimpinnya sebagai keadaan manajerial.[24]
3.      Teori Operant Conditioning
Skinner menganggap reward dan reinforcement merupakan faktor penting dalam belajar. Pada teori ini guru memberi penghargaan berupa hadiah ataupun nilai tinggi sehingga anak akan menjadi lebih rajin. Teori ini disebut dengan teori operant conditioning. Operant conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operant yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau menghilang sesuai keinginan.[25]
Skinner dalam teorinya menyimpulkan bahwa terdapat dua macam respons yang berbeda yaitu respondent response atau reflexive response dan operant response atau instrumental response.[26]
1)      Respondent response atau reflexive response, adalah respons tertentu yang ditimbulkan oleh stimulus tertentu. Artinya, hubungan antara stimulus dan respons bersifat sangat terbatas dan hampir sudah terpola. Oleh sebab itu, respondent response sangat kecil kemungkinannya untuk dimodifikasi.
2)      Operant response atau instrumental response adalah respons yang timbulnya diikuti oleh munculnya rangsangan-rangsangan lain atau reinforcing stimuli atau reinforcer. Reinforcer ini kemudian akan memperkuat response reflexive yang dilakukan oleh organisme. Dengan kata lain perkataan reinforcer menyebabkan terjadinya efek rentetan dalam diri seseorang. Karena sifatnya yang demikian itu, maka mungkin saja perilaku dapat dimodifikasi dengan menggunakan operant atau instrumental response.
Teori operant conditioning menjamin respons terhadap stimuli. Apabila tidak menunjukkan stimuli, maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk mengarahkan tingkah lakunya. Seorang guru memiliki peran dalam mengontrol dan mengarahkan seseorang dalam proses belajar sehingga tercapainya tujuan yang diinginkan.[27]
D.    Konsep Dasar
1.      Pengertian Manajemen Ekstrakurikuler Bola Voli
a.      Pengertian Manajemen
Istilah manajemen, berasal dari bahasa perancis kuno, menagement, yang artinya seni melaksanakan dan mengatur.[28] Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan dapat diterima secara universal. Mary Parker Follet dalam Endin Nasrudin, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.[29] Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai suatu tujuan. Manajemen dikatakan sebagai ilmu oleh Gulick, karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami dan bagaimana orang bekerjasama.[30]
Bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan nampak bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian, yaitu: pertama, manajemen sebagai suatu proses; kedua, manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dan ketiga, manajemen sebagai suatu seni (art) dan sebagai suatu  ilmu.[31] Memperhatikan pengertian manajemen sebagai suatu seni sekaligus sebagai ilmu, maka manajemen itu dapat diberi definisi sebagai seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan sumber daya manusia untuk mencapai  suatu tujuan.
Kehadiran manajemen dalam suatu kegiatan adalah untuk melaksanakan kegiatan agar tujuan dari kegiatan itu dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Secara tegas tidak ada rumusan yang sama dan berlaku umum untuk fungsi manajemen. Para ahli mempunyai pendapat yang berbeda mengenai fungsi manajemen, menurut George R. Terry fungsi dari manajemen adalah: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling).[32]
1)      Fungsi-fungsi Manajemen
Penjelasan secara lebih rinci dari fungsi-fungsi manajemen adalah sebagai berikut:
a)      Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber daya yang dimiliki. Perencanaan juga bisa diartikan sebagai proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak ingin dicapai. Perencanaan pada dasarnya adalah membuat keputusan mengenai arah yang akan dituju, tindakan yang akan diambil, sumber daya yang akan diolah dan teknik/metode yang dipilih untuk digunakan.[33]
Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen, karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lainnya tidak  dapat berjalan. Perencanaan mengarahkan tujuan yang ingin dicapai, dan menetapkan prosedur terbaik untuk mencapainya. Prosedur itu dapat berupa pengaturan sumber daya dan penetapan teknik/metode.
b)      Pengorganisasian (organizing)
Setelah mendapat kepastian tentang tujuan, sumber daya dan teknik/metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, lebih lanjut seorang manajer melakukan upaya pengorganisasian agar  rencana tersebut dapat dikerjakan oleh orang ahlinya secara sukses. Pengorganisasian adalah proses mengatur, mengalokasikan dan mendistribusikan pekerjaan, wewenang dan sumber daya diantara anggota oraganisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian dalam manajemen sangat penting  karena membuat posisi orang jelas dalam struktur dan pekerjaannya, pengalokasian dan pendistribusian kerja yang professional, sehingga suatu organisasi dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
c)      Pelaksanaan (actuating)
Pelaksanaan adalah salah satu dari fungsi manajemen, pelaksanaan merupakan proses nyata dari suatu kegiatan yang telah direncanakan dan diorganisasikan sebelumnya. Dalam proses pelaksanaan inilah yang nantinya hasil dari tujuan suatu kegiatan akan terlihat.
d)     Pengawasan (controlling)
Pengawasan atau sering juga disebut pengendalian, adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa pengamatan atau pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan organisasi yang sedang dilakukan, dengan tujuan agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
b.      Pengertian Ekstrakurikuler 
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum, menjelaskan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu perangkat operasional (supplement dan complements) kurikulum. Kegiatan tersebut perlu disusun dan dituangkan dalam rencana kerja tahunan/ kalender pendidikan, satuan pendidikan, serta dievaluasi pelaksanaannya setiap semester oleh satuan pendidikan.[34] Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan di luar jam pelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan pengetahuan, pengembangan, bimbingan dan pembiasaan siswa agar memiliki pengetahuan dasar penunjang.
Selanjutnya Usman, dkk menjelaskan kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran (tatap muka) baik dilakukan di sekolah maupun dilakukan di luar sekolah dengan maksud untuk lebih memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimilikinya dari berbagai bidang.[35] Selain itu, Ekstrakurikuler merupakan suatu kegiatan yang dilakukan di luar rencana pelajaran (kurikulum) sekolah.[36]
Melalui kegiatan ekstrakurikuler, kebutuhan belajar anak didik diharapkan bisa terpenuhi selain juga dalam pembelajaran intrakurikuler. Antara kegiatan ekstra maupun intra, keduanya tidak dapat dipisahkan. Bahkan bisa diartikan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan pelengkap atau penguat kegiatan intra untuk menyalurkan bakat dan minat siswa, serta sebagai pendorong perkembangan potensi siswa dalam belajar sehingga mencapai hasil yang maksimal.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan di luar struktur program sekolah yang dilaksanakan di luar jam pelajaran biasa agar memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan siswa, selain itu juga untuk menyalurkan bakat dan minat yang dimiliki oleh setiap siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan bakat dan minatnya.
Kegiatan ekstrakurikuler sebagai seperangkat pengalaman belajar memiliki nilai-nilai manfaat bagi pembentukan kepribadian siswa. Adapun tujuan dari pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler disekolah. Menurut Usman, dkk adalah:[37]
1)       Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan siswa beraspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
2)      Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif.
3)      Dapat mengetahui, mengenal serta membedakan antara hubungan satu pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.
Agar kegiatan ekstrakurikuler dapat berjalan secara efektif, efisien, terencana, terkoordinasi dan terarah. Tentunya setiap sekolah yang melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler harus memiliki panduan kegiatan ekstrakurikuler. Panduan kegiatan ekstrakurikuler yang diberlakukan pada satuan pendidikan, paling sedikit di dalamnya memuat:[38]
1)      Kebijakan mengenai program ekstrakurikuler
2)      Rasional dan tujuan kebijakan program ekstrakurikuler
3)      Deskripsi program ekstrakurikuler meliputi:
a)      Ragam kegiatan ekstrakurikuler yang disediakan
b)      Tujuan dan kegunaan kegiatan ekstrakurikuler
c)      Keanggotaan/kepesertaan dan persyaratan
d)     Jadwal kegiatan, dan
e)      Level supervisi yang diperlukan dari orang tua siswa
4)      Manajemen program ekstrakurikuler meliputi:
a)      Struktur organisasi pengelolaan program ekstrakurikuler.
b)      Level supervisi yang disiapkan/disediakan oleh pihak sekolah untuk masing-masing kegiatan ekstrakurikuler.
c)      Level asuransi yang disiapkan/disediakan oleh pihak sekolah untuk masing-masing kegiatan ekstrakurikuler.
d)     Pendanaan dan mekanisme program ekstrakurikuler.
c.       Pengertian Bola Voli
Permainan bola voli adalah permainan beregu yang menuntut adanya kerjasama dan saling pengertian dari masing-masing regu.[39] Permainan bola voli pertama kali diciptakan oleh William G. Morgan pada tahun 1895 di Holoyke, Amerika bagian timur. Bola voli menjadi salah satu cabang olahraga yang popular di Indonesia setelah sepak bola, bulutangkis dan basket.
Di tingkat Madrasah Aliyah, bola voli masuk ke dalam salah satu kegiatan eksrtakurikuler olahraga. Ekstrakurikuler bola voli adalah kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas fisik siswa secara langsung, di dalam kegiatan ini terkandung banyak nilai positif, seperti kedisiplinan, saling menghargai, tanggung jawab, kerjasama, toleransi, fairplay, dan sebagainya. Maka dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bola voli, diharapkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya secara tidak langsung bisa masuk ke dalam diri siswa melalui setiap permainan maupun pertandingan.
Pelajaran atau pelatihan olahraga bola voli bukan hanya sekedar latihan untuk bermain atau bertanding saja. Di dalam latihan dan praktik bermain voli terdapat aspek mental dan aspek sosial yang dapat dikembangkan.[40]
1)      Aspek Mental
Terdapat tiga aspek mental yang diharapkan dapat dikembangkan melalui kegiatan olahraga bola voli yaitu.
a)      Aspek watak atau tempramen, seperti keberanian, ketenangan, kesabaran dan sikap periang.
b)      Aspek kejiwaan, terdiri dari unsur Cipta: akal, daya pikir, dan daya kreatif; Rasa: senang, optimis, sosial, keindahan/seni; Karsa: kemauan, kehendak, semangat, ulet, tidak putus asa, atau yakin. Unsur-unsur lain seperti daya konsentrasi, perhatian, dan sugesti.
c)      Aspek kepribadian yang meliputi kejujuran, tanggung jawab, disiplin, patuh, sopan, ramah, sportif, kesederhanaan.
2)      Aspek Sosial
Menempatkan diri bersama orang lain untuk mencapai sesuatu seperti:
a)      Bekerjasama dengan orang lain dalm tim;
b)      Menerima orang lain dengan memanfaatkan kelebihannya dan melengkapi kekurangannya;
c)      Melihat lawan bermain sebagai kawan untuk meningkatkan kualitas dan prestasi;
d)     Sportivitas: menerima kekalahan atau kemenangan dalam pertandingan secara wajar;
e)      Membiasakan diri untuk menaati rules of the game atau aturan bermain yang berlaku dalam suatu permainan atau pertandingan. Dengan itu siswa dapat memahami aturan hidup bersama dalam kehidupan bermasyarakat seperti peraturan lalu lintas, hukum, dan adat sopan santun.
Dari definisi manajemen, ekstrakurikuler, dan bola voli di atas, dapat diambil suatu dasar bahwasannya manajemen ekstrakurikuler bola voli merupakan kegiatan pengaturan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan serta evaluasi agar proses kegiatan ekstrakurikuler bola voli dapat berjalan dan berhasil dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
d.      Pengertian Sikap
Sikap atau dalam bahasa Inggris disebut attitude, adalah kesiapan merespons yang sifatnya positif atau negatif terhadap suatu objek atau situasi secara konsisten.[41] G.W. Alport dalam Tri Rusmi Widayatun, mengartikan sikap sebagai kesiapan seseorang untuk bertindak.[42] Dari kedua pengertian tersebut, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sikap merupakan keadaan mental dan saraf dari kesiapan individu, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya.
Sikap merupakan sesuatu hal yang dinamis dan tidak statis, artinya sikap adalah suatu hal yang dapat berubah bahkan selalu berubah, tentu dalam hal ini pengalaman (pendidikan ataupun pengaruh orang lain dan lingkungan misalnya) hal tersebut sangat berpengaruh sekali. Sikap mempunyai beberapa ciri, diantaranya adalah:[43]
a.       Sikap tidak dibawa orang sejak ia dilahirkan, tetapi dibentuk atau dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya.
b.      Sikap dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat dipelajari orang atau sebaliknya.
c.       Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi tertentu terhadap suatu objek.
d.      Objek sikap dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
e.       Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah yang membedakan sikap dari pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.
Sikap juga memiliki beberapa fungsi, diantaranya adalah sebagai instrumental, sebagai pertahanan diri, sebagai penerima obyek, ilmu serta memberi arti, sebagai nilai ekspresif, sebagai sosial adjustment, sebagai externalisasi, sebagai aktivitas adaptif dalam memperoleh informasi, dan sebagai refleksi kehidupan.[44]
Dalam sikap, terdapat tiga komponen pendukung utama yaitu:
a.       Kognitif atau evaluasi
Kognitif atau evaluasi adalah segmen opini atau keyakinan dari suatu sikap, yang menentukan tingkatan untuk bagian yang lebih penting dari sebuah sikap.
b.      Afektif atau perasaan
Perasaan adalah segmen emosional atau perasaan dari sebuah sikap itu sendiri yang menimbulkan hasil akhir yakni sebuah perilaku.
c.       Perilaku atau tindakan
Perilaku adalah sikap yang merujuk pada suatu maksud untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap sesuatu atau seseorang.
Proses pembentukan sikap berlangsung secara bertahap, dimulai dari proses kegiatan belajar. Proses belajar  ini dapat terjadi karena adanya pengalaman-pengalaman pribadi seseorang dengan objek tertentu, seperti dengan orang, benda, ataupun dengan suatu peristiwa. Dalam proses pembentukan sikap siswa, tentunya ada faktor-faktor yang mempengaruhinya baik itu faktor dari dalam (intrinsik), maupun faktor dari luar (extrinsik).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dari proses pembentukan sikap, yaitu:
a.       Faktor intrinsik meliputi: kepribadian, intelegensi, bakat, minat, perasaan, kebutuhan dan motivasi seseorang.
b.      Faktor extrinsik meliputi: lingkungan, pendidikan, budaya, ideologi, ekonomi, sosial dan politik.
Secara ilmiah sikap dapat diukur, dimana sikap terhadap objek diterjemahkan ke dalam angka. Ada dua metode dalam pengukuran sikap yaitu metode Self Report, dan metode pengukuran Involuntary Behavior.[45] Metode self report misalnya ketika menyatakan kesukaan terhadap objek saat ditanya dalam interview atau menuliskan evaluasi-evaluasi dari suatu kuesioner. Dalam metode ini, jawaban yang diberikan dapat dijadikan indikator sikap seseorang. Tetapi kelemahan dari metode ini adalah jika individu tidak menjawab pertanyaan yang diajukan maka tidak dapat diketahui pendapat atau sikapnya.
Metode pengukuran involuntary behavior atau pengukuran terselubung, juga merupakan salah satu metode untuk mengukur sikap seseorang. Pengukuran dapat dilakukan jika memang diinginkan atau dapat dilakukan oleh responden. Dalam banyak situasi, akurasi pengukuran sikap dipengaruhi oleh kerelaan responden. Pendekatan ini merupakan pendekatan observasi terhadap reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi tanpa disadari dilakukan oleh individu yang bersangkutan. Observer dapat menginterpretasikan sikap individu mulai dari fasial reaction, voice tones, body gesture, detak jantung, dan beberapa aspek fisiologis lainnya.
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang ada, maka penulis menyarankan:
  1. Dalam perencanaan kegiatan ekstrakurikuler bola voli di Madrasah Aliyah khususnya dalam aspek perencanaan sarana dan prasarana maupun fasilitas lain agar lebih lebih ditingkatkan lagi, hal ini bertujuan agar proses pembinaan kegiatan ekstrakurikuler bola voli tidak terhambat dan kualitas pembinaan siswa menjadi lebih baik.
  2. Dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler bola voli di Madrasah Aliyah, sebaiknya pihak lain yang dirasa kompeten dalam bidang olahraga bola voli agar ikut serta membantu memberikan arahan dan bimbingannya kepada semua peserta kegiatan, tidak terpaku hanya pada pelatih voli seorang. Hal ini bertujuan untuk membantu pelatih voli dalam upaya meningkatkan prestasi dan kualitas pembinaan ekstrakurikuler bola voli di Madrasah Aliyah
  3. Dalam pengawasan kegiatan ekstrakurikuler bola voli, kepala Madrasah harus lebih proaktif dan lebih meningkatkan kerjasama dan koordinasinya dengan pelatih ekstrakurikuler bola voli.
  4. Dalam implementasi atau penerapannya di sekolah khususnya pada saat kegiatan belajar di dalam kelas, siswa diharapkan dapat menerapkan sikap yang selalu ditunjukan seperti pada saat siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bola voli.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi Abu,  Psikologi Sosial. (Jakarta; Rineka Cipta, 2007).
An-Nawawi, Hadits Arba’in, CD Hadits Kutub at Tis’ah. 1987.
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta; Rineka Cipta, 2002).
Brantas, Dasar-dasar Manajemen. (Bandung; Alfabeta, 2004).
Buku Panduan Pelaksanaan Program Masa Orientasi Peserta Didik SMA Negeri 1 Cikancung Kabupaten Bandung, Tahun Pelajaran 2014-2015.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya.2005.                                 
Fattah Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan. (Bandung; Remaja Rosda Karya, 2004).
Gerungan, Psikologi Sosial. (Bandung; Refika Aditama, 2010).
Gintings Abdorrakhman, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. (Bandung; Humaniora, 2008)
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung; Remaja Rosda Karya, 2002).
Mahendra Agus, Falsafah Pendidikan Jasmani, (Jakarta; Direktorat Pendidikan Luar Biasa, 2003).
Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung; Remaja Rosdakarya, 1993).
Mulyasa, E. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. (Jakarta; Bumi Aksara, 2012).
Nasution Harun,  Falsafat Agama. Jakarta; Bulan Bintang, 2003).
Nasrudin Endin, Psikologi Manajemen. Bandung; Pustaka Setia, 2010).
Ridwan M dkk, Kamus Ilmiah Populer. (Jakarta; Pustaka Indonesia, 2007).
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan RI Nomor 81A Tahun 2013, Tentang Implementasi Kurikulum.
Sri Utami Rahayuningsih, Psikologi Umum, (2008).

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung; Alfabeta, 2015).
Syarifuddin Aip & Suharta Asep, (2003). Panduan Olahraga Bola Voli. (Jakarta; Gramedia Widiasarana Indonesia, 2003).
Tabrani, A, Manajemen Kependidikan. Bandung; Media Pustaka, 1993).
Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan, Pengelolaan Pendidikan. (Bandung; Jurusan Administrasi Pendidikan, 2010).
Widayatun Tri Rusmi, Ilmu Prilaku. (Jakarta; CV. Sagung Seto, 2009).


[1] Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012),cet. 2, hlm. 81.
[2] Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: Jurusan Adminiistrasi Pendidikan, 2010), hlm. 196.
[3] M. Ridwan dkk, Kamus Ilmiah Populer, (Jakarta: Pustaka Indonesia), hlm. 110.
[4] Agus Mahendra, Falsafah Pendidikan Jasmani, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Luar. Biasa, 2003) : 12
[5] Agus Mahendra, Falsafah Pendidikan Jasmani, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Luar. Biasa, 2003) : 13
[6] Endin Nasrudin, Psikologi Manajemen, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), cet. 1, hlm. 21.
[7] A. Tabrani R., Manajemen Kependidikan, (Bandung : Media Pustaka, 1993), cet. 2, hlm. 31.
[8] Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung:Jurusan Administrasi Pendidikan, 2010), hlm. 95.
[9] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya. Hlm. 919
[10] HR. Thabrani
[11] M. Ridwan dkk, Kamus Ilmiah Populer, (Jakarta : Pustaka Indonesia), hlm. 110.
[12] Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta : Rineka Cipta, 2007), cet. 3, hlm. 151.
[13] Tri Rusmi Widayatun, Ilmu Prilaku, (Jakarta: CV. Sagung Seto, 2009), cet. 2, hlm. 7.
[14] Endin Nasrudin, Psikologi Manajemen, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), cet. 1, hlm. 30.
[15] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya.hlm. 919.
[16] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya. hlm. 928.

[17] An-Nawawi, Hadits Ar’bain (CD Hadits: Kutub at Tis’ah, 1987), hlm. 17.
[18] An-Nawawi, Hadits Ar’bain (CD Hadits: Kutub at Tis’ah, 1987), hlm. 17.

[19] Harun Nasution, Falsafat Agama, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 2003), cet. 9, hlm. 3.
[20] Tri Rusmi Widayatun, Ilmu Prilaku, (Jakarta: CV Sagung Seto, 2009), Cet. 2, hlm. 7.
[21] Brantas, Dasar-dasar Manajemen, hlm. 9.
[22] Endin Nasrudin, Psikologi Manajemen, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), cet. 1, hlm. 21.
[23] Tim Dosen Jurusan Administrasi Pemdidikan, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung:Jurusan Administrasi Pendidikan, 2010), hlm. 95.
[24] Endin Nasrudin, Psikologi Manajemen, (Bandung:Pustaka Setia, 2010), cet. 1, hlm. 29-30.
[25] Endin Nasrudin, Psikologi Manajemen, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), cet. 1, hlm. 116.
[26] Abdorrakhman Gintings, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Humaniora, 2008), cet. 2, hlm. 24.
[27] Endin Nasrudin, Psikologi Manajemen, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), cet. 1, hlm. 116-117.
[28] Endin Nasrudin, Psikologi Manajemen, (Bandung, Pustaka Setia, 2010), cet. 1, hlm. 21.
[29] Ibid., hlm. 21.
[30] Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), hlm. 1.
[31] A. Tabrani, Manajemen Kependidikan, (Bandung: Media Pustaka, 1993), cet. 2, hlm. 19.
[32] Ibid., hlm. 31.
[33] Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan, 2010), hlm. 92.
[34] Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan RI Nomor 81A Tahun 2013, Tentang Implementasi Kurikulum.
[35] Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), hlm. 22.
[36] M. Ridwan dkk, Kamus Ilmiah Populer, (Jakarta: Pustaka Indonesia), hlm. 10.
[37] Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), hlm. 22.
[38] Buku Panduan Pelaksanaan Program Masa Orientasi Peserta Didik SMA Negeri 1 Cikancung Kabupaten Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015.
[39] Aip Syarifuddin, Asep Suharta, Panduan Olahraga Bola Voli, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2003), cet. 1, hlm. 6.
[40] Aip Syarifuddin, Asep Suharta, Panduan Olahraga Bola Voli, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2003), cet. 1, hlm. 2-3.
[41] Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), cet. 3, hlm. 151.
[42] Tri Rusmi Widayatun, Ilmu Prilaku, (Jakarta: CV Sagung Seto, 2009), cet 2, hlm. 218.
[43] Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2010), cet. 3, hlm. 163-164.
[44] Tri Rusmi Widayatun, Ilmu Prilaku, (Jakarta: CV Sagung Seto, 2009), cet. 2, hlm 223.
[45] Sri Utami Rahayuningsih, Psikologi Umum, (2008), hlm. 4.

Posting Komentar

0 Komentar