1. Pengertian Sejarah dan Metode Sejarah Peradaban Islam
a. Pengertian Sejarah, Peradaban Islam dan Kebudayaan
1) Sejarah
Setiap manusia pasti memiliki masa lalu. Masa lalu yang pantas dikenang, baik yang menyenangkan maupun yang membuat manusia sedih dalam hidupnya. Setiap detik, menit, jam, hari, bulan, tahun dan seterusnya yang telah dilewati oleh manusia merupakan bagian dari masa lalu. Masa lalu sering disebut dengan istilah Sejarah. Dengan demikian Sejarah adalah peristiwa yang terjadi pada masa lalu manusia.
Dilihat dari asal usul kata, sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu Syajaratun yang artinya pohon, Pada umumnya sejarah dikenal sebagai informasi mengenai kejadian yang sudah lampau. Sejarah memiliki dua dimensi yaitu dimensi (ruang) dan dimensi waktu.
Konsep waktu dalam sejarah meliputi waktu atau tempo yaitu proses kelangsungan suatu peristiwa dan waktu merupakan kesatuan dari kelangsungan tiga dimensi yaitu masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang. Ada karakteristik didalam sejarah yaitu, Unik, artinya peristiwa sejarah hanya terjadi sekali, dan tidak mungkin terulang peristiwa yang sama untuk kedua kalinya.
Penting, artinya peristiwa sejarah yang ditulis adalah peristiwa-peristiwa yang dianggap penting yang mempengaruhi perubahan dan perkembangan manusia
Abadi, artinya peristiwa sejarah tidak berubah-ubah dan akan selalu dikenang sepanjang masa.
2) Kebudayaan / Peradaban
Kata Peradaban seringkali diberi arti yang sama dengan kebudayaan. Peradaban adalah kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan. Adapun kebudayaan diartikan bersifat sosiologis di satu sisi dan antropologis di sisi lain. Istilah kebudayan yang diartikan sebagai cara mengerjakan tanah, memelihara tumbuh-tumbuhan, juga diartikan untuk melatih jiwa dan raga manusia. Dalam latihan ini memerlukan proses dan mengembangkan cipta, karsa, dan rasa manusia.
Buku The World Book Encyclopedia menjelaskan secara rinci dan sistematik bahwa kebudayaan adalah semua aktivitas manusia yang nyata termasuk prestasi dalam berbagai bidang, yang berlangsung dari satu generasi manusia ke generasi berikutnya. Kebudayaan bermakna berbagai kegiatan yang menggunakan bahasa, menikah, membesarkan anak, mencari nafkah, menjalankan pemerintahan, berjuang dalam perang, dan ikut serta dalam berbagai kegiatan keagamaan. Adapun kebudayaan dalam arti sempit adalah serangkaian cara hidup dari komunitas masyarakat.
Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat, sedangkan manifestasi-manifestasi kemajuan kemajuan mekanis dan teknologis lebih berkaitan dengan peradaban. Kalau kebudayaan lebih direfleksikan dalam seni, sastra, religi (agama), dan moral, peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi dan teknologi.
Menurut Koenjraningrat, kebudayaan mempunyai tiga wujud : 1. Wujud Ideal, 2. Wujud kelakuan, 3. Wujud benda. Adapun istilah peradaban biasanya dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah. Menurutnya, peradaban sering juga dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks.
Untuk memudahkan hubungan antara kebudayaan dan peradaban menurut pendapat Speengler yang dikutip oleh Samuel P. Huntington, bahwa kebudayaan adalah untuk menunjuk upaya-upaya manusia yang masih terus berlanjut, sedangkan peradaban untuk menunjukkan titik akhir dari kegiatan mereka.
3) Peradaban Islam dan Kebudayaan
Sejarah Peradaban Islam memiliki tiga pengertian yang berbeda. Pertama, kemajuan dan tingkat kecerdasan akal yang dihasilkan dalam suatu periode kekuasaan Islam mulai dari periode Nabi Muhammad Saw. sampai perkembangan kekuasaan sekarang, kedua, hasil-hasil yang dicapai oleh umat Islam dalam lapangan kesasteraan, ilmu pengetahuan dan kesenian, ketiga, kemajuan politik atau kekuasaan Islam yang berperan melindungi pandangan hidup Islam terutama dalam hubungannya dengan ibadah-ibadah, penggunaan bahasa, dan kebiasaan hidup kemasyarakatan.Sejarah sebagai catatan yang berhubungan dengan kejadian-kejadian masa silam yang di abadikan dalam laporan-laporan tertulis dan dalam ruang lingkup yang luas, dan pokok dari persoalan sejarah senantiasa akan sarat dengan pengalaman-pengalaman penting yang menyangkut perkembangan keseluruhan keadaan masyarakat.
Berangkat dari pengetian sejarah sebagaimana yang dikemukakan di atas, peradaban Islam adalah terjemahan dari kata Arab al-Hadharah al-Islamiyah. “Kebudayaan” dalam bahasa Arab adalah al-Tsaqafah. Di Indonesia, sebgaimana juga di Arab dan Barat, masih banyak orang yang mensinonimkan dua kata “kebudayaan” dan “peradaban”.
b. Metode, Ilmu Dasar, Ilmu Bantu Sejarah
Melihat pentingnya sejarah bagi kehidupan masa depan, sehingga tercetuslah beberapa metode penulisan sejarah yang bertujuan sebagai kebaikan masa depan umat manusia. Diantaranya adalah,
1) Metode deskriptif
Dengan metode ini ditunjukan untuk penggambaran adanya perdaban islam tersebut, maksudnya ajaran islam yang termasuk agama samawi yang dibawa Nabi Muhammad yang berhubungan dengan peradaban diuraikan sebagaimana adanya, dengan tujuan untuk memahami yang terkandung didalamnya.
2) Metode komperatif
Metode ini adalah merupaakan metode perbandingan antara satu peradaban yang satu dengan peraban yang lain. Dengan metode ini ajaran-ajaran islam dikomparasikan dengan fakta-fakta yang terjadi dan berkembang dalam waktu serta tempat-tempat tertentu untuk mengetahui adanaya perasaan dan peradaban dalam suatu beradaban. Dengan demikian dapat diketahui adanya hubungan atau tidak.
3) Metode analisis sintesis
Metode ini lebih melihat sosok peradaban isalam secara lebih kritis, ada analisis dan bahsan yang luas serta kesimpulan yang spesifik. Dengan demikian akan tampak kelebiahan dan kekhasan suatu peradaban yang diteliti. Hal tersebut lebih muda dengan metode sintetis yang dimaksudkan untuk memperoleh satu keutuhan dan kelengkapan kerangka pencapaian tujuan serta manfaat penulis.
c. Manfaat (urgensi) mempelajari SPI
Manfaat dari mempelajari sejarah yaitu salah satunya kita bisa mengetahui peristiwa- peristiwa penting masa lalu yang dapat kita pakai sebagai wawasan pengetahuan. Dan juga keberadaan suatu ilmu yang ada di dunia ini tidak akan langgeng tanpa adanya kesadaran akan manfaatnya bagi manusia. Demikian pula dengan pentingnya mempelajari ilmu sejarah. Dalam hal ini ilmu tentang Sejarah Peradaban Islam sejarah terletak pada kenyataan, apa yang terjadi pada masa lalu memberikan pelajaran bagi manusia yang telah melewatinya. Guna edukatif berarti sejarah bisa memberikan kearifan dan kebijaksanaan bagi yang mempelajarinya karena semangat sebenarnya dari kepentingan mempelajari sejarah adalah nilai kemasakiniannya.
1) Kegunaan Edukatif
Kegunaan sejarah yang pertama adalah sebagai edukatif atau pelajaran. Banyak manusia yang belajar dari sejarah belajar dari pengalaman yang pernah dilakukan. Pengalaman tidak hanya terbatas pada pengalaman yang dialaminya sendiri, melinkan juga dari generasi sebelumnya. Manusia melalui belajar dari sejarah dapat mengembangkan potensinya. Kesalahan pada masa lampau baik kesalahan sendiri maupun kesalahan orang lain coba dihindari.
2) Kegunaan Inspiratif
Kegunaan sejarah yang kedua adalah sebagai inspiratif. Berbagai kisah sejarah dapat memberikan inspirasi pada pembaca dan pendengarnya. Belajar dari kebangkitan nasional yang dipelopori oleh bedirinya organisasi perjuangan yang modern di awal abad ke-20, masyarakat Indonesia sekarang berusaha mengembangkan kebangkitan nasional ang ke2. Pada kebangkitan nasional yang pertama, bangsa indonesia berusaha merebut kemerdekaan yang sekarang ini sudah dirasakan hasilnya.
3) Kegunaan Rekreatif
kegunaan sejarah yang ketiga adalah sebagai kegunaan rekreatif. Kegunaan sejarah sebagai kisah dapat memberi suatu hiburan yang segar, melalui penulisan kisah sejarah yang menarik pembaca dapat terhibur. Gaya penulisan yang hidup dan komunikatif dari beberapa sejarawan terasa mampu “menghipnotis” pembaca. Pembaca akan merasa nyaman membaca tulisan dari sejarawan. Konsekuensi rasa senang dan daya tarik penulisan kisah sejarah tersebut membuat pembaca menjadi senang. Membaca menjadi media hiburan dan rekreatif. Membaca telah menjadi bagian dari kesenangan. Membaca telah dirasakan sebagai suatu kebutuhan, yaitu kebutuhan yang untuk rekreatif.
d. Periodisasi Sejarah Dalam Islam (periode khasik 650-1250, periode Pertengahan -1250-1800, periode Modern-1800-sekarang)
Periodisasi peradaban Islam merupakan ciri bagi ilmu sejarah yang mengkaji peristiwa dalam konteks waktu dan tempat dengan tolok ukur yang bermacam-macam. Secara umum sejarah peradaban Islam, terbagi menjadi sepuluh periodisasi antara lain:
1) Periode Nabi Muhammad dan kebangkitan Islam (571-632 M)
2) Periode Khulafa al-Rosyidin (632-661 M)
3) Zaman Bani Ummayyah (661-749 M)
4) Zaman Abbasiyah I (750-847 M)
5) Zaman Abbasiyah II (847-1055 M)
6) Zaman Abbasiyah terakhir (1055-1258 M)
7) Timur tengah setelah baghdad jatuh (1258-1520 M)
8) Timur tengah sampai abad -18 (1520-1800 M)
9) Timur tengah pada abad -19 dan ke-20 sampai perang dunia 1 (1798-1914 M)
10) Dunia islam sejak perang dunia 1 (1914-1968 M)
2. Peradaban Dunia Sebelum Islam (600 SM-610 M)
a. Arabiya Pra-Islam
Haruslah kita ketahui walaupun sedikit tentang keadaan bangsa Arab sebelum datang agama Islam, karena bangsa Arablah bangsa yang mula-mula menerima agama Islam. Sebelum datang agama Islam, mereka telah mempunyai berbagai macam agama, adat istiadat, akhlak dan peraturan-peraturan hidup. Agama baru ini pun datang membawa akhlak, hukum-hukum dan peraturan-peraturan hidup. Jadinya agama baru ini datang kepada bangsa yang bukan bangsa baru. Maka bertemulah agama Islam dengan agama-agama jahiliah, peraturan-peraturan Islam dengan peraturan-peraturan bangsa Arab sebelum Islam. Kemudian terjadilah pertarungan yang banyak memakan waktu.
Pertarungan-pertarungan ini baru dapat kita dalami, kalau pada kita telah ada pengetahuan dan pengalaman sekedarnya, tentang kehidupan bangsa Arab, sebelum datangnya agama Islam. Cara semacam ini perlu juga kita pakai, bilamana kita hendak memperkatakan masuknya agama Islam ke Indonesia. Kita harus mengetahui sekedarnya keadaan negeri ini sebelum datangnya agama Islam, karena pengetahuan kita tentang hal itu akan menolong kita untuk mengenal dengan jelas, bagaimana caranya negeri ini menyambut kedatangan agama Islam.
b. Tradisi menulis dan Pendidikan Bangsa Arab Pra-Islam
Penulis sejarah terbaik bangsa Arab Pra-Islam Jawad Ali, menurutnya lembaga pendidikan dasar, kuttab, kata jadian dari kataba (menulis) sudah dikenal pada zaman pra-Islam. Menurut Hasan Asari jika kita mengambil pengertian kuttab sebagaimana kemudian dipahami dalam Islam, maka kuttab adalah lembaga pendidikan dasar untuk mengajarkan tulis baca, berhitung, dan dasar-dasar agama, maka penggunaan kata ini pada bangsa Arab pra-Islam menunjukkan bahwa adanya satu sistem pendidikan yang telah berfungsi di kalangan bangsa Arab pra-Islam. Indikasi ini menurut Hasan Asari didukung oleh terdapatnya dalam catatan sejarah beberapa nama yang dikenal sebagai guru (mu’allim) yang hidu sebelum periode Islam seperti Bisyr b. ‘Abd al-Malik, Sufyan b. Umayyah b. ‘Abd Syams, ‘Usman b. Zarrah, Abu Qays, dan sebagainya.
Catatan-catatan sejarah tentang kegiatan pendidikan di tengah komonitas Yahudi dan Kristen yang hidup di Arab pra-Islam cendrung lebih lengkap, jika dibandingkan dengan bangsa Arab pagan (penyembah berhala). Komonitas Yahudi dan Kristen terkenal dengan perhatian yang tinggi terhadap pendidikan. Sebelum datangnya Islam Arabia telah mengenal sekolah-sekolah Yahudi dan Kristen yang mengajarkan kitab suci (Taurat dan Injil), filsafat, jadal (debat) dan topic-topik lain yang berkaitan dengan agama mereka, sehingga banyak orang-orang Arab pra-Islam yang memamfaatkan kehadiran Yahudi dan Kristen untuk belajar tentang sejarah, nab-nabi, maupun hal-hal lainnya.
Ringkas kata, menjelang datangnya Islam, bangsa Arab pada dasarnya telah mengembangkan satu kegiatan sastra, terutama dalam bentuk puisi. Meskipun sistem ekpresi dan transmisi yang dominan adalah lisan, tulisan telah mulai dikenal secara terbatas.
c. Pusat Kegiatan Intelektual di Luar Arabia Pra-Islam
Pusat-pusat kegiatan intelektual di luar Arabia sebelum dan menjelang datangnya Islam, yang berperan sebagai jembatan dalam proses penyerapan ilmu pengetahuan oleh umat Islam generasi awal, meliputi: Atena, Aleksandria, Edessa, Harran, Nisibis, Jundi Syapur, India dan Timur Jauh.
Aten, Sebagai sebuah kota yang berada di bawah kekuasaan kerajaan Romawi Timur, Atena mengalami kemakmuran dan kemajuan budaya, serta menjadi salah satu pusat kegiatan intelektual kerajaan Romawi, Sejumlah pusat pendidikan berdiri di kota ini. Filsafat dan ilmu-ilmu lainnya berkembang dengan baik. Di kota inilah lahir Plato (w. 347 SM) hidup dan menderikan sebuah akademi filsafat yang belakangan berkembang menjadi Museum Atena, pada 387 SM. Di akademi inlah sejumlah ilmuan dari berbagai bangsa dan agama mengembangkan ilmu pengetahuan. Pada tahun 529 M., Kaisar Romawi Timur, Justinian I, menutup Museum Atena bagi filosof dan ilmuan pagan yang sebelumnya bebas keluar masuk atau mnetap disana.
Dibanding dengan pusat-pusat kegiatan intelektual yang terdapat di daerah-daerah kekuasaan Kerajaan Romawi dan Sasaniayah, India dan Timur Jauh mempunyai pengaruh yang lebih sedikit dan tak langsung pada perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Hal ini terutama dikarenakan oleh letak geografisnya yang lebih jauh dari Semenanjung Arabia. Namun demikian perlu kita ingat bahwa daerah ini telah membuat beberapa kemajuan ilmiah sepanjang abad ke-6 M, yakni abad menjelang datangnya Islam. India membuat kemajuan berarti di bidang matematika lewat ilmuan besarnya yang bernama Varahamihira. Kemajuan di bidang ilmu bahasa ilmu kedokteran, astronomi, geografi, historiografi, dan matematika. Pada abad yang sama, bangsa Jepang mulai m
3. Peradaban Islam masa Nabi Muhammad (610-632 M)
a. Periode Makiyah
1) Masa Pra Kenabian
571 M: Kelahiran Nabi Muhammad SAW dalam keadaan yatim. Ketika usia 3 bulan dalam kandungan, Abdulah ayahnya wafat di Yatstrib (Madinah) dalam perjalan pulang dari Syam. Ya, ia lahir dalam keadaan yatim, pada hari Senin, 9 Rabiul Awwal tahun Fil atau bertepatan dengan 20 April 571 M di Kampung Bani Hasyim.[1] Sampai berumur 4 atau 5 tahun ia tinggal di dusun Bani Sa’ad. Pada masa inilah terjadi peristiwa pembelahan dada. Pada saat itu Nabi segera dikembalikan kepada Aminah.
576 M: Saat berusia 6 tahun Muhammad pergi bersama ibunya ke Madinah dan tinggal selama sebulan di dusun Bani Najjar. Sepulang dari sana ditengah jalan di daerah Abwaa’, Aminah jatuh sakit dan kemudian wafat. Muhammad kemudian dipelihara beberapa saat oleh Ummu Aiman (budak peninggalan ayah bundanya).
578 M: Setelah yatim piatu, ia dipelihara oleh kakeknya, Abdul Mutahalib. Tapi saat beliau berusia 8 tahun, Abdul Muthalib wafat dalam usia 80 tahun. Selanjutnya Muhammad SAW dipelihara oleh Abdu Manaf (Abu Thalib).
583 M: Saat berusia 12 Muhammad pergi berdagang bersama pamannya ke Syam. Berkaitan dengan perjalan ini ada riwayat-riwayat tentang pertemuannya dengan pendeta Bukhaira, tapi riwayat-riwayat ini tidak dapat dipertanggungjawabkan walaupun tercantum dalam Sirah Ibnu Hisyam dan Syekh Al-Halabi.
586 – 591 M: Ini adalah masa diperkirakan Muhammad SAW mengikuti perang Fijar (umur 15-20 tahun), yakni perang antara keturunan Kinanah dengan Quraisy, disebabkan adanya pelanggaran Kinanah terhadap undang-undang yang berlaku saat itu.
Pada saat berumur 20 tahun, ia menjadi anggota Hilful Fudhul, sebuah perkumpulan yang bertugas menjaga keamanan dan memberikan perlindungan kepada orang yang dizalimi.
594 M: Untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup, Muhammad pernah menjadi penggembala. Dan saat berusia 24 tahun ia kembali berdagang ke Syiria membawa dagangan Khadijah binti Khuwailid
595 M: Muhammad SAW menikahi Khadija
2) Masa Kenabian (Periode Makkah)
610 M: Turunnya wahyu pertama di gua Hira. Tiga tahun lamanya berdakwah secara siriyyah (tertutup dan sembunyi-sembunyi). Pada masa inilah bergabungnya muslimin angkatan pertama (Khadijah, Zaid bin Tsabit, Ali bi Abi Thalib, Abu Bakr, Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqash, Waraqah bin Naufal, Zubair bin Awwam, Abu Dzar Al-Ghifari, Umar bin Anbasah dan Sa’id bin Al-‘Ash.
Berita munculnya agama baru didengar oleh pemimpin-pemimpin Quraisy, akan tetapi mereka tidak menaruh perhatian.
613 M: Deklarasi dakwah Islam di bukit Safa mengundang masyarakat Quraisy. Dakwah terbuka dimulai setelah turun QS. Asy-Syu’ara: 14. Rasulullah memulai seruannya kepada kaum kerabatnya yang terdekat. Akan tetapi kebanyakan kerabatnya tersebut merasa enggan bahkan ada yang menentangnya dengan keras seperti Abu Lahab yang nama aslinya adalah Abdul Uzza.
614 - 616 M: Penindasan kaum muslimin oleh Quraisy. Tokoh-tokoh Quraisy melakukan penentangan, mereka mulai merasa terancam (pengaruh dan kekuasaannya). Ajaran tauhid, kepercayaan kepada akhirat, pembersihan jiwa, dan pembelaan kepada kaum lemah (diantaranya adalah ajaran persamaan derajat kecuali dengan takwa) amat memekakkan telinga mereka. Mereka melakukan upaya-upaya penumpasan dakwah Islam:
Pertama, dengan cara menghasut masyarakat agar tidak menyenangi Islam (Abdul Uzza [Abu Lahab] menghasut kalangan laki-laki dan Aura [Ummu Jamil] menghasut kalangan wanita).
Kedua, mengajak kompromi—tepatnya menyuap Nabi—agar berhenti dari dakwah, yang ditawarkan adalah harta, tahta dan wanita
Ketiga, melakukan upaya tasykik (menanamkan keraguan) pada para pengikut Islam (lihat Ar-Ra’du: 43), tapi tidak berhasil menyurutkan tekad Nabi.
Keempat, menggunakan cara kekerasan, yakni dengan menyiksa para pengikut Islam yang lemah (mereka yang tidak memiliki kabilah pelindung: Bilal bin Rabah, Sumayyah, Amr bin Yasir, Yasir, dll.)
Kelima, mempresure pelindung Nabi (Abu Thalib)
Keenam, melakukan penghinaan (mengejek saat Nabi beribadah, menyimpan kotoran di muka rumah Nabi, melempar kotoran, menjerat leher Nabi, menaburkan kotoran dan tanah ke kepala Nabi, dll.)
Ketujuh, menyebarkan berita-berita bohong tentang Islam kepada para pemimpin kabilah (Contoh: menyebut Muhammad sebagai penyihir, penyair, peramal, dukun, dll).
Akhirnya sebagian kaum muslimin hijrah ke Abyssinia (Habasyah). Sementara itu Nabi semakin gencar mendakwahkan Islam, diantaranya dengan memperkenalkan Islam kepada kabilah-kabilah yang datang ke Mekkah). Pada masa inilah diantaranya Nabi mendakwahi kabilah Aus dan Khazraj dari Madinah. Dikirimlah duta dakwah Islam ke sana, Mus’ab bin Umair. Beberapa waktu kemudian terjadilah peristiwa baiat Aqabah I (pernyataan berkomitmen pada Islam) dan baiat Aqabah II (pernyataan kesiapan membela dakwah Islam).
617 M: Pemboikotan Bani Hasyim dan kaum muslimin oleh Quraisy. Para pemuka Quraisy sepakat untuk tidak mengadakan jual beli, kawin mengawini dan transaksi lainnya dengan mereka. Pemboikotan berlangsung 3 tahun .
619 M: Penghentian pemboikotan. Wafatnya Abu Thalib dan Khadija, tahun duka cita. Tekanan-tekanan Quraisy berlangsung lebih brutal karena Nabi tak memiliki seseorang yang dapat melindunginya.
620 M: Nabi berdakwah ke Thaif dengan harapan dapat membujuk Bani Tsaqif untuk memberikan perlindungan dan pembelaan dari keganasan kafir Quraisy. Akan tetapi yang terjadi adalah sebaliknya, Rasulullah malah dihinakan. Beliau kembali lagi ke Mekkah dengan cara mendapatkan jiwar dari Muth’im bin Adiy. Dalam kedukaan yang mendalam seperti inlah Nabi dihibur Allah ta’ala dengan peristiwa Isra dan Mi’raj.
b. Periode Madaniah
Setelah tiba dan diterima peduduk Yatsrib (Madinah), Nabi resmi menjadi pemimpin penduduk kota ini. Babak baru dalam sejarahIslam pun dimulai. Berbeda dengan periode Makkah, pada periode Madinah, islam merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala negara. Dengan kata lain, dalam diri nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan spritual dan kekuasaan duniawi. Kedudukannya sebagai rasul secara otomatis merupkan kepala negara.
Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru itu, ia segera meletakan dasar-dasar kehidupan masyarakat. Dasar pertama, pembangunan masjid, selain untuk tempat salat jga sebagai sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dan mempertalikan jiwa mereka, disamping sebagai tempat bermusyawarah merundingkan masalah-masalahyang dihadapi. Masjid pada masa Nabi bahkan juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan.
Dasar kedua, ukhuwah islamiyah, persaudaraan sesama muslim. Nabi mempersaudarakan antara golongan muhajirin, orang-orang yang hijrah dari Makkah ke Madina. Dan Anshor, penduduk Madinah yang sudah masuk Islam dan ikut membantu kaum muhajirintersebut. Dengan demikian, diharapkan setiap muslim merasa terikat dalam suatupersaudaraan dan kekeluargaan. Yang di lakukan Rasulullah ini berarti menciptakan suatu persaudaraan baru, yaitu persaudaraan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan darah.
Dasar ketiga, hubungan persaudaraan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam. Di madinah di samping orang arab Islam, juga terdapat golongan masyarakat Yahudi dan oran-orang Arabyang masih menganut agama nenekmoyang mereka. Agar stablitas masyarakat dapat di wujudkan nabi Muhammad mengadakan ikatan perjanjian dengan mereka.
Dengan terbentuknya negara madinah, Islam makin bertambah kuat. Perkembangan Islam yang pesat itu membuat orang-orang makkah dan musuh-musuh Islam lainya menjadi risau. Kerisauan ini akan mendorong orang-orang Quraisy berbuat apa saja. Untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan gangguan dari musuh, Nabi sebagai kepala pemerintahan, mengatur siasat dan membentuk pasukan tentara. Umat islam diizinkan perang dengan dua alasan yaitu: Pertama, untuk mempertahan diri dan melindungi hak miliknya. Kedua, menjaga keselamatan dalam penyebaran kepercayaan dan mempertahankannya dari orang-orang yang menghalanginya.
4. Peradaban Islam masa Khulafa’ al-Rasyidin (632-661 M)
a. Periode Abu Bakar Al-Siddiq (11/632-13/634)
Abu Bakar merupakan orang yang pertama kali masuk Islam ketika Islam mulai didakwakan. Baginya, tidaklah sulit untuk mempercayai ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, dikarenakan sejak kecil, ia telah mengenal keagungan Muhammad. Setelah masuk Islam, ia tidak segan untuk menumpahkan segenap jiwa dan harta bendanya untuk Islam. Pengorbanan Abu Bakar terhadap Islam tidak dapat diragukan. Ia juga pernah ditunjuk Rasul sebagai penggantinya untuk mengimami shalat ketika Nabi sakit. Pun wafat tak lama setelah kejadian tersebut. Karena tidak ada pesan mengenai siapa penggantinya di kemudian hari, pada saat jenazah Nabi belum dimakamkan diantara umat Islam, ada yang mengusulkan untuk cepat-cepat memikirkan pengganti Nabi.
Aturan-aturan yang jelas tentang pengganti Nabi tidak ditemukan, yang ada hanyalah sebuah mandat yang diterima Abu Bakar menjelang wafatnya Nabi untuk menjadi badal imam shalat. Abu Bakar dipilih berdasarkan musyawarah dan mengakibatkan perpecahan antara umat islam.
Bentuk peradaban yang paling besar pada masa Abu Bakar adalah penghimpunan Al-Qur’an. Abu Bakar As-Shiddiq memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Qur’an dari pelepah kurma, kulit binatang, dan dari hafalan kaum Muslimin.
Selain itu, peradaban Islam terjadi pada praktik pemerintahan Abu Bakar terbagi menjadi beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut :
1) Dalam bidang pranata social ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial rakyat.
2) Mengenai suksesi kepemimpinan atas inisiatifnya sendiri dengan menunjuk Umar bin Khattab untuk menggantikannya.
b. Periode Umar bin Khattab (13/23-634/644)
Umar Ibn Al-Khattab dilahirkan di Mekah dari keturunan suku Quraisy yang terpandang dan terhormat. Ia lahir empat tahun sebelum terjadinya perang fijar. Tiga belas tahun lebih muda dari Nabi Muhammad SAW.
Sebelum masuk Islam, Umar termasuk diantara kaum kafir Quraisy yang paling ditakuti oleh orang-orang yang sudah masuk Islam. Dia sering menyebar fitnah dan menuduh Nabi Muhammad sebagai penyair tukang tenung. Setelah Umar masuk Islam, pada bulan Dzulhijjah kepribadiannya bertolak belakang dengan keadaan sebelumnya. Dia berubah menjadi salah seorang yang gigih dan setia membela agama Islam. Bahkan dia termasuk seorang sahabat yang terkemuka dan paling dekat dengan Nabi Muhammad SAW.
Umar dipilih sebagai khalifah berdasarkan penunjukkan Abu Bakar yang dilakukan di saat ia jatuh sakit, dan juga berdasarkan musyawarah umat. Selama sepuluh tahun pemerintahan Umar (13 H./634 M.-23 H./644 M.), sebagian besar ditandai oleh penaklukan-penaklukan untuk melebarkan pengaruh Islam ke luar Arab.
Peradaban yang paling signifikan pada masa Umar, selain pola administratif pemerintahan, peperangan, dan sebagainya adalah pedoman dalam peradilan.
c. Periode Usman bin Affan (23/36-644/656)
Ustman lahir pada tahun 576, enam tahun setelah kelahiran Rasulullah SAW. Ia dijuluki dzun-nurain, karena menikahi dua putrid Rasulullah, secara berurutan setelah yang satu meninggal, yakni Ruqayyah dan Ummu Kulsum. Beliau diangkat menjadi Khalifah berdasarkan pemilihan yang dilakukan dewan formatur yang dibentuk Umar yaitu Ali, Ustman, Sa’ad bin Abi Waqash, Aburrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidilah.
Peradaban pada masa Ustman bin Affan adalah karya besar monumental yaitu membukukan Al-Qur’an. Pembukuan ini didasarkan atas alasan dan pertimbangan untuk mengakhiri perbedaan bacaan di kalangan umat Islam yang diketahui waktu ekspedisi militer ke Armenia dan Azerbaijan. Pembukuan ini dilaksanakan oleh suatu kepanitiaan yang di ketuai oleh Zaid bin Tsabit.
Adapun kegiatan pembangunan di wilayah Islam yang luas itu, meliputi pembangunan-pembangunan daerah-daerah pemukiman, jembatan, jalan, masjid, wisma tamu, pembangunan kota-kota baru yang kemudian tumbuh pesat. Masjid Nabi di Madinah diperluas. Pembangunan berbagai sarana umum ini menunjukkan bahwa Ustman sangat memperhatikan kemaslahatan public sebagai bentuk dari manifestasi kebudayaan sebuah masyarakat.
d. Periode Ali bin Abi Thalib (36/41-656/661)
Ali adalah putra Abi Thalib ibn Abdul Muthalib. Ia adalah sepupu Nabi Muhammad yang kemudian menjadi menantunya karena menikahi putri Rasulullah. Ia masuk Islam ketika usianya sangat muda dan termasuk orang yang pertama masuk Islam dari golongan pria. Ali termasuk orang yang pandai memainkan pedang dan pena, bahkan dia dikenal sebagai seorang orator. Ia juga seorang yang pandai dan bijaksana.
Pemerintahan Khalifah Ali dapat dikatakan sebagai pemerintahan yang tidak stabil karena adanya pemberontakan dari kaum Muslimin. Pemberontakan diawali oleh penarikan bai’at oleh Thalhah dan Zubair, karena alasan bahwa Ali tidak memenuhi tuntutan mereka untuk menghukum pembunuh khalifah Ustman.
Khalifah Ali telah berusaha untuk menghindari pertumpahan darah dengan mengajukan kompromi, tetapi beliau tidak berhasil sampai akhirnya terjadi pertempuran antara khalifah Ali bersama pasukannya dengan Thalhah, Zubair, dan Aisyah bersama pasukannya. Perang ini terjadi pada tahun 36 H. Thalhah dan Zubair terbunuh ketika hendak melarikan diri dan Aisyah dikembalikan ke Madinah. Dan puluhan ribu umat Islam gugur dalam peperangan ini.
Peprangan antar umat Islam terjadi lagi yaitu antara khalifah Ali bersama pasukannya dan Muawiyah sebagai gubernur Suriah bersama pasukannya. Peperangan ini terjadi di kota Shiffin pada tahun 37 yang hamper saja dimenangkan oleh khalifah Ali. Namun, atas kecerdikan Muawiyah, yang mengacungkan Al-Qur’an dengan tombaknya, yang mempunyai arti bahwa mereka mengajak berdamai. Khalifah Ali mengetahui bahwa hal tersebut adalah tipu muslihat, namun karena didesak pasukannya, khalifah Ali menerima tawaran tersebut. Akhirnya terjadi peristiwa tahkim yang secara politis khalifah Ali mengalami kekalahan.
5. Peradaban Islam pada masa Dinasti Umayyah (661-1031 M)
a. Sejarah berdirinya Dinasti Umayyah
Nama dinasti umayyah dinisbatkan kepada umayyah bin abd syam bin abdu manaf. Ia adalah salah seorang tokoh penting di tengah qurays pada masa jahiliyah. Ia adalah pamannya hasyim bin abdu manaf selalu bertarung dalam memperebutkan kekuasaan dan kedudukan.
Sejarah daulah bani Umayyah erat berkait dengan sejarah sebelumnya, yaitu kemelut politik kepemimpinan umat islam paska terbunuhnya kholifah Usman, bibit konflik mulai muncul.umat islam mulai mengalami konflik internal yang mengantarkan pada perang jamal antar kelompok ummul mukminin Aisyah dan Zubair bin Awaam r.a dengan kelompok Ali Bin Abi Talib. Tidak lama setelah itu menyusul perang shiffin antara Muawwiyah dengan Ali.
Kedua pasukan itu berhadapan dimedan siffin. Khalifah Ali mau menghindari pertumpahan darah umat islam dan mau menyelesaikan itu dengan jalan damai. Karena penyelesaian dengan jalan damai menemukan kegagalan, pertempuran pun meletus. Pertempuran terjadi beberapa hari lamanya. Ali dengan kepribadiannya dapat membangkitkan semangat dan kekuatan laskarnya, sehingga kemenangan sudah membayang baginya. Muawiyah sudah cemas dan kehilangan akal. Muawiyah yang cerdik, atas nasihat Amr ibn Ash sekutunya yang cerdik, mengikatkan Al Quran pada ujung tombak tentaranya dan dengan demikian menuntut agar perselisihan itu diselesaikan menurut Al Quran.
Penyelesaian kompromi Ali dengan Muawiyah tidak menguntungkan bagi Ali, karena hal tersebut menimbulkan pecahnya kaum muslimin, sehingga kepemimpinan Ali semakin lemah dan Muawiyah semakin kuat. Selain itu, dalam hal keuangan, sumber-sumber kekayaan dan tenaga manusia pun muawiyah juga memiliki sumber-sumber yang kaya di syiria dan memiliki dukungan yang tangguh dari keluarga.
Pada tanggal 20 ramadhan 40 H. (660 M). Ali terbunuh oleh salah seorang anggota khawarij. Kemudian kedudukan Ali sebagai kholifah dijabat oleh anaknya Hasan selama beberapa bulan. Namun, karena Hasan ternyata lemah, sementara Muawiyah semakin kuat, maka hasan mambuat perjanjian damai. Perjanjian ini dapat mempersatukan umat islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, di bawah Muawiyah ibn Abi Sufyan. Disisi lain, perjanjian itu mnyebabkan muawiyah menjadi penguasa absolut dalam islam. Tahun 41 H/661 M.., tahun persatuan itu dikenal dalam sejarah sebagai tahun jamaah (am jama’ah) . jadi am jama’ah adalah tahun persatuan antara Hasan dan muawiyah, artinya bahwa antara mereka tidak terjadi perebutan kekuasaan dan berdamai serta menjalankan pemerintahan dalam satu kepemimpinan. (makalah)
Dengan demikian berakhirlah apa yang disebut dengan al khulafa’ar Rasyidin. Dan dimulailah kekuasaan bani umayyah dalam sejarah politik.
b. Para Khalifah Dinasti Umayyah
Dinasti bani umayah berkuasa hampir satu abad, tepatnya 90tahun dengan 14 khalifah. Dimulai oleh muawiyah dan ditutup oleh marwan ibn muhamad, diantara mereka ada pemimpin-pemimpin besar yang berjasa didalam berbagai bidang sesuai dengan kehendak zamannya. Sebaliknya ada pula khalifah yang tidak patut dan lemah. Adapun urutan khalifah ummayah sebagai berikut :
1) 41H/661M Muawiyah 1 (ibn abu sufyan)
2) 60H/680M Yazid1 (ibn muawiyah)
3) 64H/683M Muawiyah2 (ibn yazid)
4) 65H/685M Marwan1(ibn hakam)
5) 65H/685M Abdul Malik Ibn Marwan
6) 86H/705M AL Walid1 (Ibn Abdul Malik)
7) 96H/715M Sulayman Ibn Abdul Malik
8) 99H/717M Umar Ibn Abdul Aziz
9) 101H/720M Yazid II Ibn Abdul Malik)
10) 105H/724M Hisyam Ibn Abdul Malik
11) 125H/743M Al-Walid II 9IN Yazid II)
12) 126H/744M Ibrahim Ibn Al-Walid II
13) 127-132H/744-750M Marwan II ibn Muhamad
c. Masa Kemajuan Dinasti Umayyah
Pada masa pemerintahan Muawiyyah terkenal sebagai era yang agresif karena perhatian terpusat kepada perluasan wilayah, dan kemajuan besarpun hadir dengan berhasilnya perluasan wilayah. Kemajuan Dinasti Umayyah terdapat di masa Muawiyyah bin abi Sofyan sampai pemerintahannya Hiyam bin Abdul Malik 661 M/ 41 H – 743 sedangkan pemerintahan setelahnya hanya menuju kepada kehancuran Muawiyywh.
Dimasa Muawiyyah, terdapat peristiwa paling mencolok yakni penyerangan kota konstan tinopel melalui suatu ekspedisi yang dipusatksn di kota pelabuhan Dardanela, setelah terlebih dahulu menduduki pulau-pulau di Laut Tengah seperti Rodhes, Kreta, Cyprus, Sicilia dan sebuah pulau yang bernama Award, tidak jauh dari Ibu Kota Romawi Timur. Dibelahan Timur, Muawiyyah berhasil menaklukan Khurrasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan. Ekspansi ke timur yang dirintis oleh Muawiyyah, lalu disempurnakan oleh Khalifah Abdul Malik. Dibawah komando gubenur Irak Hajjaj ibn Yusuf, tentara kaum muslimin menyebrangi sungai Ammu Darya dan menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkhand. Dimasa kekuasaan al-Walid I dikenal dengan “masa kemenangan yang luas”. Dimasa ini, pengepungan atas kota konstantinopel dihidupkan kembali guna menklukan ibu kota Romawi,meski belum berhasil tetapi memberi hasil yang cukup memuaskan yakni dengan menggeser tapal batas pertahanan Islam lebih maju kedepan, dengan menguasai basis-basis militer Kerajaan Romawi di Mar’asy dan Amuriyah. Kemudian dilanjutkan dengan keberhasilan di front Afrika. Disamping itu, kejayaan Bani Umayyah juga tercermin dari pembangunan di berbagai bidang seperti bidang politik ataupun sosial kebudayaan. Didalam bidang politik Bani Umayyah menyusun tatanan pemerintahan yang sama sekali baru, yakni memenuhi tuntutan perkembangan wilayah dan administrasi kenegaraan yang semakin kompleks.
Dalam jangka 90 tahun, banyak bangsa di empat penjuru mata angin berramai-ramai masuk kedalam kekuasaan Islam, yang meliputi wilayah Spanyol, seluruh wilayah Afrika utara, Jazirah Arab, suriah, Palestina, setengah bagian dari daerah Anatolia, Irak, Persia, Afganistan, India, dan negeri-negeri yang sekarang dinamakan Turkmenistan, Uzbekistan dan Kirgiztan yang termasuk sovyet Rusia.
Dinasti Umayyah telah mampu membentuk perdaban yang kontemporer dimasanya, baik dalam tatanan sosial, politik, ekonomi dan teknologi. Berikut Prestasi bagi peradaban Islam dimasa kekuasaan Bani Umayah didalam pembangunan berbagai bidang antara lain:
1) Masa kepemimpinan Muawiyah telah mendirikan dinas pos dan tempat-tempat dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya di sepanjang jalan.
2) Menertibkan angkatan bersenjata.
3) Pencetakan mata uang oleh Abdul Malik, mengubah mata uang Byzantium dengan Persia yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Mencetak mata uang sendiri tahun 659 M dengan memakai kata dan tulisan Arab.
4) Jabatan khusus bagi seorang Hakim ( Qodli) menjadi profesi sendiri .
5) Keberhasilan kholifah Abdul Malik melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan Islam dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam. Keberhasilannya diikuti oleh putranya Al-Walid Ibnu Abdul Malik (705 – 719 M) yang berkemauan keras dan berkemampuan melaksanakan pembangunan.
6) Membangun panti-panti untuk orang cacat. Dan semua personil yang terlibat dalam kegiatan humanis di gaji tetap oleh Negara.
7) Membangun jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya.
8) Membangun pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan, dan masjid-masjid yang megah.
9) Hadirnya Ilmu Bahasa Arab, Nahwu, Sharaf, Balaghah, bayan, badi’, Isti’arah dan sebagainya. Kelahiran ilmu tersebut¬¬ karena adanya kepentingan orang-orang Luar Arab (Ajam) dalam rangka memahami sumber-sumber Islam (Al-qur’an dan Al-sunnah).
10) Pengembangan di ilmu-ilmu agama, karena dirasa penting bagi penduduk luar jazirah Arab yang sangat memerlukan berbagai penjelasan secara sistematis ataupun secara kronologis tentang Islam. Diantara ilmu-ilmu yang berkembang yakni tafsir, hadis, fiqih, Ushul fiqih, Ilmu Kalam dan Sirah/Tarikh.
d. Peradaban Islam Dinasti Umayyah di Siria (661-680 M)
Perintisan Dinasti Umayah dilakukan oleh Muawiyah dengan cara menolak membaiat Ali, berperang melawan Ali, dan melakukan perdamaian (tahkim) dengan pihak Ali yang secara politik sangat menguntungkan Muawiyah.
Pada masa itu, umat Islam telah bersentuhan dengan peradaban Persia dan Bizantium. Oleh karena itu, Muawiyah juga bermaksud meniru suksesi kepemimpinan yang ada di Persia dan Bizantium, yaitu monarki (kerajaan).
Pemerintahan Bani Umayah dinisbatkan kepada Umayah bin Abd Syams bin Abdi Manaf. Muawiyah melaksanakan perubahan-perubahan besar dan menonjol dalam pemerintahan Negara itu. Angkatan daratnya kuat dan efisien. Dia dapat mengandalkan pasukan orang-orang siria yang taat dan setia, yang tetap berdiri di sisinya dalam keadaan yang paling berbahaya sekalipun.
Secara umum, penaklukan Bani Umawiyah, meliputi tiga wilayah. Pertama, melawan pasukan Romawi di Asia kecil, kedua, wilayah Afrika Utara, dan ketiga, wilayah timur. Penaklukan ini sampai ke sebelah timur Irak. Kemudian meluas ke wilayah Turkistan di utara, serta ke wilayah Sindh daerah selatan.
Peradaban pada masa Umayah timur adalalah penyempurnaan tulisan Al-Qur’an. Al-Qur’an yang telah di kodifikasi pada zaman Abu Bakar dan Ustman bin Affan ditulis tanpa titik. Menurut salah satu riwayat, ulama pertama yang memberikan baris dan titik pada huruf-huruf Al-Qur’an adalah Hasan Al-Bashri (642-728 M.) atas perintah Abd Al-Malik ibn Marwan. Abd Al-Malik ibn Marwan mengintruksikan kepada Al-Hajjaj untuk menyempurnakan tulisan Qur,an; Al-Hajjaj meminta Hasan Al-Bashri untuk menyempurnakannya.
Hasil peradaban yang lainnya adalah penulisan hadis. Umar bin Abdul Aziz adalah khalifah yang mempelopori penulisan (tadwin) hadis. Beliau memerintahkan kepada Abu Bakar ibn Muhammad ibn Amr Ibn Hajm (120 H.), gubernur Madinah, untuk menuliskan hadis yang ada dalam hafalan-hafalan penghafal hadis.
e. Peradaban Islam Dinasti Umayyah di Andalusia (705-1031 M).
1) Masuknya Islam di Spayol.
Sebelum menaklukkan Spanyol, umat Islam terlebih dahulu menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari Dinasti Bani Umayah.
Ekspansi umat Islam ke Spanyol terjadi pada masa Al-Walid menjabat khalifah. Al-Walid mengizinkan gubernurnya untuk mengirimkan pasukan militer ke Spanyol. Pada awalnya Musa bin Nusair mengutua Tharif bin Malik untuk memimpin pasukan ekspedisi yang bertujuan menjajagi daerah-daerah sasaran. Musa bin Nusyair menugaskan Tariq bin Ziyad untuk memimpin pasukan tentara sebanyak 7000 orang. Thariq berlayar melalui Laut Tengah menuju daratan Spanyol dan berhasil mendarat di sebuah bukit yang kemudian dinamakan Gibraltar.
Ketika Roderick mengetahui bahwa Thariq dengan pasukannya telah memasuki negeri Spanyol, ia mengumpulkan pasukan penangkal sejumlah 25.000 tentara. Menyadari jumlah musuh yang jauh berbeda, Thariq meminta bantuan kepada Musa bin Nusyair, dan Thariq mendapat tambahan pasukan sebanyak 12.000 tentara.
Pada hari minggu tanggal 18 Juli 711 M, kedua pasukan bertemu di danau Janda dekat mulut sungai Barbate. Pertemuan berlangsung selama 8 hari dan kemenangan berada pada pihak Thariq. Tentara Thariq dalam peperangan itu mendapat bantuan dari pasukan Roderick yang membelot, Thariq kemudian melakukan penaklukan di Toledo. Kemudian Archidona dan Granada dapat ditundukkan, dan satu datasemen yang dipimpin oleh Mughtr Ar-Rumi dapat menaklukkan kota Cordova yang kemudian dijadikan ibokota pemerintahan Islam.
Setelah Spanyol dan kota-kota yang pentingnya jatuh ke tangan umat Islam, sejak saat itu secara politik Spanyol berada di bawah kekuasaan Khalifah Bani Umayah.
2) Perkembangan Islam di Spayol,
a) Periode pertama [711-755 M] dibawah pemerintahan para wali yang diangkat Khalifah Bani Umayah.
b) Periode kedua [755-912M] dibawah pemerintahan seorang yang bergelar Amir,Amir pertama adalah Abdur rahman 1.
c) Periode ketiga [912-1013 M] berlangsung dari pemerintahan Abd Al-Rahman 3,yang bergelar An-Nasir sampai munculnya raja-raja kelompok yang dikenal sebagai sebutan Muluk Al-Thawaif dan masa periode ini bergelar Khalifah.
d) Periode keempat [1013-1086 M] pada periode ini spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil,dibawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth Thawaif.
e) Periode kelima [1086-1248 M] dalam periode ini terdapat satu kekuatan yang dominant yaitu dinasti Murabithun [1086-1143 M] yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin dan Muwahhidun [1146-1235 M] didirikan oleh Muhammad ibn Tumart.
f) Periode keenam [1248-1492 M] islam hanya berkuasa di daerah Granada dibawah Dinasti Bani Ahmar [1232-1492 M].
3) Kemajuan Peradaban Islam di Spayol,
Masuknya Islam di Spanyol pada sekitar permulaan abad ke 8 M., telah membuka cakrawala baru dalam sejarah Islam. Dalam rentang waktu selama kurang lebih tujuh setengah abad, umat Islam di Spanyol telah mencapai kemajuan yang pesat, baik di bidang ilmu pengetahuan maupun kebudayaan.
Kemajuan peradaban di Spanyol Islam pada saat ini berimbas pada bangkitnya renaisans dunia barat pada abad pertengahan sehingga dapat dikatakan bahwa Arab Spanyol adalah guru bagi Eropa dan Universitas Cordova, Toledo, sedangkan Seville berfungsi sebagai sumber asli kebudayaan Arab, non-Arab, Muslim, Kristen, Yahudi, dan agama lain sampai beberapa abad kemudian. Cordova sebagai ibukota Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang tinggi yang dapat menyamai kemasyhuran Baghdad di tmur, dan Kairo di Mesir.
Kemajuan yang di raih umat Islam di Spanyol adalah mju dalam bidang filsafat, sains, bahasa sastra dan musik, sejarah dan geografi, fiqh serta kemajuan dalam pembangunan fisik.
4) Pengaruh Peradaban Islam Spanyol di Eropa
Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban antarnegara. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangga Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains di samping bangunan fisik.
Berawal dari gerakan Averroeisme inilah di Eropa kemudian lahir reformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M.
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M.
Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat kejam, tetapi ia telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik (renaissance) pada abad ke-14 M yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M, dan pencerahan (aufklaerung) pada abad ke-18 M.
5) Transmisi Ilmu-ilmu Keislaman Eropa.
Banyak sekali kontribusi Islam bagi kebudayaan Barat. Sumbangan Islam bisa dibilang sangat menonjol dan patut disebut sebagai dasarnya kemajuan Barat sampai saat ini. Dalam bidang kedokteran misalnya, dikenal seorang dokter Islam yang disebut al-Kindi (809-873 M) yang telah menulis buku Ilmu Mata dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin menjadi Optics. Selain al-Kindi, orang juga mengenal ar-Rozi (865-925 M) yang juga merupakan seorang dokter Islam dan mengarang buku kedokteran berjudul Al-Hawi dan juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh perintah Raja Charles I.
Dokter Islam lainnya adalah Avecinna atau yang lebih dikenal dengan nama Ibnu Sina (980-1037 M). Bukunya yang berjudul al-Qanun fit-Thib, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pula dengan judul Materia Medica. Buku tersebut memuat sekitar 760 macam ilmu tentang obat-obatan dan telah dipakai sejak abad 12 hungga 17 sebagai referensi untuk ilmu ketabiban Barat.
Di bidang astrnomi dan ilmu pasti, sarjana Islam yang bernama al-Khawarizmi telah mempunyai pengaruh yang sangat besar mengesani dasar-\dasar ilmu pasti. Ia juga menulis buku Al Jabr wa al-Muqabalah, yang memuat daftar astronomi yang tertua, sekaligus dirinya merupakan orang yang pertama kali menyusun buku ilmu berhitung dan aljabar. Begitu juga dengan Ibnu Hayyan yang merupakan bapak kimia Islam, dan kitab kimianya merupakan di kawasan Eropa dan Asia sampai lebih dari abad ke-14.
Di lapangan ilmu filsafat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai komentator fikiran-fikiran dari Aristoteles, sehingga dijuluki Aristoteles II. Dari abad 12 sampai 16 aliran Rusyd mendominasi lapangan filsafaat di Iberia dan Eropa. Sedang al-Kindi terkenal dengan metode filsafatnya yang menggabungkan dalil-dalil Plato dan Aristoteles dengan cara Neo-Platonis.
Demikian pula ketenaran Ibnu Khaldun (1332-1406 M) dengan karyanya Muqaddimah yang banyak memberikan sumbangan dan pengaruh terhadap pemikiran-pemikiran sarjana Barat di bidang ilmu sejarah dan sosiologi. Dia juga merupakan orang yang pertama kali mengemukakan teori perkembangan sejarah, baik dari faktor jasmani dan iklim atau moral dan rohaninya. Karyanya ini menjadi tumpuan studi para ahli Barat dan ahli-ahli lainnya yang mendapat pengakuan oleh sejarawan Toynbee.
Tidak dapat dipungkiri bahwa memang banyak sekali sumbangan dan jasa umat Islam bagi kebangkitan kebudayaan Barat di berbagai bidang keilmuan. Yang sekarang kita kenal sebagai Universitas yang mendapat julukan “agent of moderniation”, sebenarnya secara faktual lembaga tersebut lahir dari buaian kebudayaan Islam. Bahkan Khalifah Abdurrahman III (912-961 M), telah mendirikan Cordoba dan menempatkannya di dalam masjid Cordoba. Dan pada waktu itu, universitas tersebut telah menyelenggarakan diferensiasi ilmu pengetahuan ke dalam fakultas-fakultas, seperti hukum, kedokteran, ilmu ukur, dan astronomi.
Kebangkitan intelektual dan kultural Barat terjadi setelah para sarjana Eropa mempelajari, mendalami, dan menimba ilmu-ilmu Islam dengan caara menerjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan Islam ke dalam bahasa mereka. Hal ini serupa dengan para sarjana Islam ketika memulai membangun kebudayaan Islam, yakni dengan menerjemahkan buku-buku Yunani klasik ke dalam bahasa Arab.
f. Masa Kemundurun dan Berakhirnya Dinasti Ummayah.
Beberapa factor kemunduran yang akhirnya membawa kehancuran Islam di Spanyol adalah sebagai berikut :
1) Munculnya khalifah-khalifah yang lemah
2) Konflik antara Islam dan Kristen
3) Munculnya dinasti-dinasti kecil
4) Kemerosotan ekonomi
5) System peralihan kekuasaan yag tidak jelas.
6. Peradaban Islam masa Dinas Abbasiyyah (750-1258 M)
a. Sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyyah
Para sejarahwan mengklarifikasi peride Abbasiyah berbeda-beda. Al-Khudri, Guru Besar Ilmu Sejarah dari Universitas Mesir membagi ke dalam 5 masa :
1) Masa kuat-kuasa dan bekerja membangun, berjalan 100 tahun lamanya, dari 132 sampai 232 H.
2) Masa berkuasanya panglima-panglima Turki, berjalan 100 tahun lamanya dari 232 sampai 334 H.
3) Masa berkuasanya Bani Buyah (Buwayhid), berjalan 100 tahun lamanya, dari 334 sampai 447 H.
4) Masa berkuasanya Bani Saljuk (Seljuqiyak), berjalan 100 tahun lamanya, dari 447 sampai 530 H.
5) Masa gerak balik kekuasaan politik khalifah-khalifah Abbasiyah dengan merajalelanya para panglima perang, selama 125 tahun, dari 530 H. sampai musnahnya Abbasiyah dibawah serbuan Jengis Khan dan putranya Hulagu Khan dari Tartar pada tahun 656 H.
Babak ketiga dalam drama besar politik Islam dibuka oleh Abu Al-Abbas (750-754 H) yang berperan sebagai pelopor. Irak menjadi panggung drama besar tersebut. Khalifah Abbasiyah pertama tersebut menyebut dirinya As-Saffh (penumpah darah). Orang Abbasiyah mengklaim dirinya sebagai pengusung konsep sejati kekhalifahan, yaitu gagasan Negara teokrasi, yang menggantikan pemerintahan sekuler, Dinasti Umayah.
b. Para Khalifah Dinasti Abbasiyyah
1) Periode Pertama (750-847 M)
Pada periode ini, seluruh kerajaan Islam berada di dibawah kekuasaan para Khalifah kecuali di Andalusia. Adapun para Khalifah yang memimpin pada ini sebagai berikut:
a) Abul Abbas as-saffah (750-754 M)
b) Abu Ja’far al mansyur (754-775 M)
c) Abu Abdullah M. Al-Mahdi bin Al Mansyur (775-785 M)
d) Abu Musa Al-Hadi (785-786 M)
e) Abu Ja’far Harun Ar-Rasyid (786-809 M)
f) Abu Musa Muh. Al Amin (809-813 M)
g) Abu Ja’far Abdullah Al Ma’mun (813-833 M)
h) Abu Ishak M. Al Muta’shim (833-842 M)
i) Abu Ja’far Harun Al Watsiq (842-847 M)
j) Abul Fadhl Ja’far Al Mutawakkil (847-861 M)
2) Periode kedua (232-590 H / 847-1194 M)
Pada periode ini, kekuasaan bergeser dari sistem sentralistik pada sistem desentralisasi,yaitu ke dalam tiga negara otonom:
a) Kaum Turki (232-590 H)
b) Golongan Kaum Bani Buwaih (334-447 H)
c) Golongan Bani Saljuq (447-590 H)
Dinasti-Dinasti di atas pada akhirnya melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa Khalifah Abbassiyah.
3) Periode ketiga (590-656 H / 1194-1258 M)
Pada periode ini, kekuasaan berada kembali ditangan Khalifah, tetapi hanya di Baghdad dan kawasan-kawasan sekitarnya.
c. Masa Kejayaan Dinasti Abbasiyyah
Masa kejayaan Abbasiyah terletak pada khalifah setelah As-Saffh. Penulis Philip K. Hitty mengatakan bahwa masa keemasan Abbasiyah terletak pada 10 khalifah, kesepuluh khalifah tersebut adalah As-Saffh (750), Al-Mansur (754), Al-Mahdi (775), Al-Hadi (785), Ar-Rasyid (786), Al-Amin (809), Al-Ma’mun (813), Al-Mu’tashim (833), Al-Watsiq (842), dan Al-Mutawakkil (847).
Masa ini adalah masa kejayaan umat Islam sebagai pusat dunia dalam berbagai aspek peradaban. Kemajuan itu hampir mencakup semua aspek kehidupan yaitu :
1) Administratif pemerintahan dengan biro-bironya
2) Sistem organisasi militer
3) Administrasi wilayah pemerintahan
4) Pertanian, perdagangan dan industry
5) Kajian dalam bidang kedokteran, astronomi, matematika, geografi, historiografi, filsafat Islam, teologi, hokum (fiqh) dan etika Islam, sastra, seni, dan penerjemahan
6) Pendidikan, kesenian, arsitektur, meliputi pendidikan mendasar (kuttab), menengah, dan perguruan tinggi, perpustakaan, dan toko buku, media tulis, seni rupa, seni musik dan arsitek.
d. Dinasti-Dinasti yang memardekaan diri Dinasti Abbasiyah
Berbagai hal yang terjadi di pusat pemerintahan bani Abbasiyah memberikan pengaruh besar terhadap daerah-daerah kekuasaan daulah ini. Karena pemerintahan khalifah yang lemah banyak muncul pemberontakan-pemberontakan di berbagai daerah yang ingin membentuk dinasti-dinasti kecil yang melepaskan diri dari bani Abbasiyah.
penyebab utama mengapa banyak daerah yang memerdekakan diri adalah terjadinya kekacauan atau perebutan kekuasaan di pemerintahan pusat yang dilakukan oleh bangsa Persia dan Turki.
Selain itu faktor kekuasaan politik dari Daulah Islamiyah mulai menurun dan terus menurun, terutama kekuasaan politik sentral, karena negara-negara bagian (kerajan-kerajan kecil) sudah tidak menghiraukan lagi pemerintah pusat, kecuali pengakuan secara politis saja. Kemudian kekusaan “Militer Pusat” pun mulai berkurang daya pengaruhnya, sebab masing-masing panglima di daerah-daerah sudah berkuasa sendiri, bahkan pemerintah-pemerintah daerah pun telah membentuk tentara sendiri. Dan akhirnya putuslah ikatan-ikatan politik antara wilayah-wilayah Islam.
Akibatnya propinsi-propinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Bani Abbas. Ini bisa terjadi dengan dua cara, pertama, seorang peminpin lokal memimpin suatu pemberontakan dan berhasil memperoleh kemerdekaan penuh, seperti daulat Umayyah di Spanyol dan Idrisiyah di Marokko. Kedua, seorang yang ditunjk menjadi gubernur oleh Khalifah yang kedudukannya semakin kuat, seerti daulah Aghlabiyah di Tunisiyah dan Thahiriyyah di Khurasan.
Ketika munculnya dinasti Tahiriyah di khurasan yang didirikan oleh Tahir bin Husain yang dahulunya merupakan gubernur yang di tunjuk Al-Makmun yang ingin memerdekakan diri, kemudian sesudah itu muncul dinasti Safariyah di wilayah Persia dengan pusat kekuasaan di Sijistan, dan muncul dinasti Idrisiyah di Afrika Utara, sampai kepada dinasti Thulun, Ikhsidiyah, dan Hamdaniyah yang semuanya ingin memerdekakan diri dari Daulah Abbasiyah.
e. Faktor-faktor penyebab kemunduran Dinasti Abbasiyyah
1) Faktor intern
a) Kemewahan hidup di kalangan penguasa
b) Perebutan kekuasaan antara keluarga Bani Abbasiyah
c) Konflik keagamaan
2) Faktor ekstern
1) Banyaknya pemberontakan
2) Dominasi bangsa Turki
3) Dominasi bangsa Persia
f. Akhir kekuasaan Dinasti Abbasiyyah
Akhir dari kekuasaan dinasti abbasiyah ialah ketika baghdad dihancurkan oleh pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulahu khan, 656 Hijriyah/1258 M. Hulahu khan adalah seorang saudara Kubulay Khan yang berkuasa di China hingga ke Asia Negara dan saudara Mongke Khan yang menugaskannya untuk mengembalikan wilayah-wilayah sebelah barat dari China ke pangkuannya. Baghdad dibumi hanguskan dan diratakan dengan tanah. Khalifah Bani Abbasiyah yang terakhir dengan keluargannya, Al-Mu’tashim Billah dibunuh, buku-buku yang terkumpul dari Baitul Hikmah dibakar dan dibuang disungai trigis. Sehingga berubahlah warna air sungai tersebut yang jernih, bersih menjadi hitam kelam karena lunturan tinta yang ada pada buku-buku itu.
Dengan demikian lenyaplah dinasti Abbasiyah yang telah memainkan peran penting dalam percaturan kebudayaan dan peradaban Islam dengan gemilang.
7. Perang Salib (1095-1293)
a. Timbulnya Perang Salib
Perang salib (1096-1291) terjadi sebagai reaksi dunia Kristen di Eropa terhadap dunia Islam di Asia, yang sejak 632 M., dianggap sebagai pihak “penyerang”, bukan saja di Siria dan Asia Kecil, tetapi juga di Spanyol dan Sisilia. Disebut perang salib, karena ekspedisi militer Kristen mempergunakan salib sebagai simbol pemersatu untuk menunjukkan bahwa peperangan yang mereka lakukan adalah perang suci dan bertujuan untuk membebaskan kota suci Baitulmakdis (Yerussalem) dari tangan orang-orang Islam.
b. Sebab-Sebab Perang Salib
Penyebab langsung terjadinya Perang Salib adalah permintaan Kaisar Alexius Connenus pada tahun 1095 kepada Paus Urbanus II. Kaisar dari Bizantium meminta bantuan dari Romawi karena daerah-daerah yang tersebar sampai ke pesisir laut Marmora “dibinasakan” oleh Bani Saljuk. Bahkan, kota Konstantinopel diancamnya pula. Adanya permintaan ini, Paus melihat kemungkinan untuk mempersatukan kembali (gereja Yunani dengan Romawi yang telah terpecah tahun 1095-1054).
Penyebab lain perang salib adalah faktor sosial ekonomi. Para pedagang besar yang berada di pantai Timur Laut Tengah, terutama yang berada di kota Venezia, Ganoa, dan Pisa berambisi untuk menguasai sejumlah kota dagang di sepanjang pantai Timur dan Selatan Laut Tengah untuk memperluas jaringan perdagangan mereka. Perang Salib bagi bagi orang-orang Kristen juerupakan jaminan untuk masuk Surga sebab mati dalam Perang Salib, menururt mereka, adalah mati sebagai pahlawan agama dan langsung masuk surga walaupun mempunyai dosa-dosa pada masa lalunya.
c. Periodisasi Perang Salib
Philip K. Hitty menyederhanakan periodesasi perang salib dalam 3 periode, yaitu :
1) Masa penaklukan (1009-1144)
2) Masa timbulnya reaksi umat I slam (1144-1192)
3) Masa perang saudara kecil-kecilan yang beakhir sampai 1291 M.
4) Akibat Perang Salib
d. Jalannya Perang Salib
Perang salib yang berlangsung dalam kurun waktu hampir dua abad, yakni antara tahun 1095 – 1291 M., terjadi dalam serangkaian peperangan.
1) Perang Salib 1, Pada tahun 490 H/1096 M. sebuah pasukan salib yang dipimpin oleh komandan Walter dapat ditundukkan oleh kekuatan Kristen Bulgaria. Kemudian Peter yang mengkomandoi kelompok kedua pasukan salib bergerak melalui Hungaria dan Bulgaria. Pasukan ini berhasil menghancurkan setiap kekuatan yang menghalanginya. Seorang sultan negeri Nice berhasil menghadapinya bahkan sebagian pimpinan salib berkenan memeluk lslam dan sebagian pasukan mereka terbunuh dalam peperangan ini.
2) Perang Salib 2, Dengan jatuhnya kembali kota Edesa oleh pasukan muslim, tokoh-tokoh Kristen Eropa dilanda rasa cemas. St Bernard segera menyerukan kembali perang salib melawan kekuatan muslim. Seruan tersebut membuka gerakan perang salib kedua dalam sejarah Eropa. Beberapa penguasa Eropa menanggapi poiitif seruan perang suci ini. Kaisar jerman yang bernama Conrad III, dan kaisar perancis yang bernama Louis VII segera mengerahkan pasukannya keAsia. Namun kedua paiukan ini iapat dihancurkan ketika sedang dalam perjalanan menuju Syiria. Dengan sejumlah pasukan yang tersisa mereka berusaha mencapai Antioch, dan Damaskus.
Nuruddin segera rnulai memainkan peran baru sebagai sang penakluk. kota-kota penting pasukan salib berhasil dikuasainya. Keberhasilan Nuruddin menaklukkan koia damaskus membuat sang khalifah di Bagdad brerkenan rnemberinya gelar kehormatan “al-Malik al- ’Adil”. Mesir sedang dilanda perselisihan intern dinasti Fatimiyah. Shawar, seorang perdana menteri Fatimiyah., dilepaskan dari jabatannya oleh gerakan rahasia. Nuruddin mengirimkan pasukannya di bawah pimpinan komandan Syirkuh. Namun ternyata Shawar justru memerangi Syirkuh berkat bantuan pasukan perancis hingga berhasil rnenduduki Mesir.
3) Perang Salib 3, Jatuhnya Yerusalem dalam kekuasaan Salahuddin menimbulkan keprihatinan besar kalangan tokoh-tokoh Kristen. Seluruh penguasa negeri Kristen di Eropa berusaha menggerakkan pasukan salib lagi. Ribuan pasukan Kristen berbondong-bondong menuju Tyre untuk berjuang mengembalikan prestis kekuatan mereka yang telah hilang. Menyambut seruan kalangan gereja, maka kaisar Jerman yang bernama Frederick Barbarosa, Philip August, kaisar Perancis yang bernama Richard, beberapa pembesar kristen rnembentuk gabungan pasukan salib.
Salahuddin segera menyusun strategi untuk menghadapi pasukan salib. Ia menetapkan strategi bertahan di dalam negeri dengan mengabaikan saran para Amir untuk melakukan pertahanan di luar wilayah Acre. ”Demikianlah Salahuddin mengambil sikap yang kurang tepat dengan memutuskan pandangannya sendiri’” ungkap salah seorang ahli sejarah. Jadi Salahuddin mestilah berperang untuk menyelamatkan wilayahnya setelah pasukan Perancis tiba di Acre.
Pada tanggal 14 September 1189 M. Salahuddin terdesak oleh pasukan salib, namun kemenakannya yang bernama Taqiyuddin berhasil mengusir pasukan salib dari posisinya dan mengembalikan hubungan dengan Acre. Dalam hal ini Ibn al-Athir menyatakan, “pasukan muslim mesti melanjutkan peperangan hingga malam hari sehingga mereka berhasil mencapai sasaran penyerangan. Namun setelah mendesak separuh kekuatan Perancis, pasukan muslim kembali dilemahkan pada hari berikutnya.
4) Perang Salib 4, Dua tahun setelah kematian Salahuddin berkobar perang salib keempat atas inisiatif Paus Celestine III. Namun sesungguhnya peperangan antara pasukan muslim dengan pasukan Kristen telah berakhir dengan usianya perang salib ketiga. Sehingga peperangan berikutnya tidak banyak dikenal. Pada tahun 1195 M. pasukan salib menundukkan Sicilia, kemudian terjadi dua kali penyerangan terhadap Syria. Anak Salahuddin yang bernama al-Adil segera rnenghalau pasukan salib. lantaran semakin kuatnya tekanan dari pasukan muslim, pihak salib akhirnya menempuh inisiatif damai. Sebuah perundingan menghasilkan kesepakatan pada tahun 1198 M, bahwa peperangan ini harus dihentikan selama tiga tahun.
5) Perang Salib 5, Belum genap mencapai tiga tahun, Kaisar Innocent III menyatakan secara tegas berkobarnya perang salib ke lima setelah berhasil rnenyusun kekuatan miliier. Jenderal Richard di lnggris menolak keras untuk bergabung dalam pasukan salib ini, sedang mayoritas penguasa Eropa lainnya menyarnbut gembira seruan perang tersebut. Pada kesempatan ini pasukan salib yang bergerak menuju Syria tiba-tiba mereka membelokkan geiakannya menuju Konstantinopel. Begitu tiba di kota ini, mereka membantai ribuan bangsa romawi baik laki-laki maupun perempuan secara bengis dan kejam. pembantai ini berlangsung dalam beberapa hari. Jadi pasukan muslim sama sekali tidak mengalami kerugian karena tidak terlibat dalam peristiwa ini.
6) Perang Salib 6, Pada tahun 613 H/1216M, Innocent III mengobarkan propaganda perang salib ke enam. 250.000 pasukan salib, mayoritas Jerman, mendarat di Syria. Mereka terserang wabah penyakit di wilayah pantai Syria hingga kekuatan pasukan tinggal tersisa sebagian. Mereka kemudian bergerak menuju Mesir dan kemudian mengepung kota Dimyat. Dari 70.000 personil, pasukan salib berkurang lagi hingga tinggal 3.000 pasukan yang tahan dari serangkaian wabah penyakit. Bersamaan dengin ini, datang tambahan pasukan yang berasal dari perancis yang bergerak menuju Kairo. Narnun akibat serangan pasukan muslim yang terus-menerus, mereka men jadi terdesak dan terpaksa rnenempuh jalan damai. Antara keduanya tercapai kesepakatan damai dengan syarat bahwa pasukan salib harus segera meninggalkan kota Dimyat.
7) Perang Salib 7, Untuk mengatasi konflik politik internal, Sultan Kamil mengadakan perundingan kerja sarna dengan seorang jenderal Jerman yang bernarna Frederick. Frederick bersedia membantunya rnenghadapi musuh-musuhnya dari kalangan Bani Ayyub sendiri, sehingga Frederick nyaris menduduki dan sekaligus berkuasa di yerusalem. Yerusalem berada di bawah kekuasaan tentara salib sampai dengan tahun 1244 M., setelah itu kekuasaan salib direbut oleh Malik al-shalih Najamuddi al-Ayyubi atas bantuan pasukan Turki Khawarizmi yang berhasil meiarikan diri dari kekuasaan Jenghis Khan.
8) Perang Salib 8, Dengan direbutnya kota Yerusalern oleh Malik al- Shalih, pasukan salib kembali menyusun penyerangan terhadap wilayah lslam. Kali ini Louis IX, kaisar perancis, yang memimpin pasukan salib kedelapan. Mereka mendarat di Dirnyat dengan mudah tanpa perlawanan yang beranti. Karena pada saat itu Sultan Malikal-shalih sedang menderita sakit keras sehingga disiplin tentara muslim merosot. Ketika pasukan Louis IX bergerak menuju ke Kairo melalui jalur sungai Nil, mereka mengalami kesulitan lantaran arus sungai mencapai ketinggiannya, dan mereka juga terserang oleh wabah penyakit, sehingga kekuatan salib dengan mudah dapat dihancurkan oleh pasukan Turan Syah, putra Ayyub.
Setelah berakhir perang salib ke delapan ini, pasukan Salib-Kristen berkali-kali berusaha mernbalas kekalahannya, namun selalu mengalami kegagalan.
Perang Salib menimbulkan beberapa akibat penting dalam sejarah dunia. Perang Salib membawa Eropa ke dalam kontak langsung dengan dunia muslim dan terjalinnya hubungan antara timur dan barat. Kontak ini menimbulkan saling tukar pikiran antara kedua belah pihak. Melahirkan suatu bagian penting dalam menumbuhkan renaisans di Eropa.
Keuntungan perang salib bagi Eropa adalah menambah lapangan perdagangan, mempelajari kesenian, dan penemuan penting, seperti kompas pelaut, kincir angin, dan sebagainya dari orang Islam. Mereka juga dapat mengetahui cara bertani yang maju dan mempelajari kehidupan industri timur yang lebih berkembang.
Kegiatan perdagangan tersebut lebih mengarah pada perkembangan kegiatan Maritim di Laut Tengah. Orang-orang Islam yang pernah menguasai Laut Tengah kehilangan kekuasaan, sementara orang Eropa bebas menggunakan jalan Laut melalui Laut Tengah tersebut.
8. ULANGAN TENGAH SEMESTER
9. Peradaban Islam Masa Kerajaan Usmani di Turki (1300-1922 M)
a. Latar Belakang berdirinya Kerajaan Usmani
Nama kerajaan Turki Ustmani diambil dan dibangsakan kepada nenek moyang mereka yang pertama, Sultan Ustmani Ibnu Sauji Ibnu Orthogol Ibnu Sulaiman Syah Ibnu Kia Alp, kepala kabilah kab di Asia Tengah. Raja pertama Turki Ustmani adalah Ustman dengan gelar Padisya Alu Ustman. Berbeda dengan kerajaan-kerajaan sebelumnya, kerajaan Turki Ustmani pada abad ke 17, banyak mengalami kemunduran. Pada abad ke 17 hingga ke 18, terdapat perubahan penting dalam sejarah Turki Ustmani. Berakhirnya ekspansi kerajaan Turki Ustmani, lembaga-lembaga pemerintahan seringkali kehilangan kemampuan militer dan administrasinya, dan kerajaan dalam posisi tertekan dengan regresi ekonomi, pemberontakan rakyat, dan kekalahan militer serta perseteruan pemerintahan pusat dengan elit lokal.
b. Perkembangan Kerajaan Usmani
Walaupun di bidang politik dan ekonomin banyak kemubduran, namun pada abad ke 17, kerajaan Turki Ustmani masih mengalami kemajuan dalam bidang budaya dan seni. Di bidang syair yang menonjol pada abad ke 17 adalah Nefi dan Syekh Al-Islam Zekeria Zade Yahyat Efend. Dan pada abad ini subur dengan karya populer yang berbentuk puisi dan cerita.
c. Sebab-Sebab mundurnya Kerajaan Usmani
1) Wilayah kekuasaan yang sangat luas. Administrasi pemerintahan yang sangat luas wilayahnya sangat rumit dan kompleks, sementara administrasi kerajaan Usmani tidak beres.
2) Heterogenitas penduduk. Dengan luasnya wilayah secara otomatis terdapat perbedaan bangsa dan agama dari berbagai wilayah. Oleh karena itu, perbedaan bangsa dan agama sering kali melatarbelakangi terjadinya pemberontakan dan peperangan.
3) Kelemahan para penguasa. Sepeninggal Sulaiman al-Qanuni, Kerajaan Usmani dipimpin oleh sultan-sultan yang lemah, baik dalam kepribadian maupun kepemimpinannya, akibatnya pemerintah menjadi kacau dan tidak kondusif.
4) Budaya pungli atau kalau penulis boleh katakan dengan istilah “korupsi sudah membudaya”. Setiap jabatan yang hendak diraih seseorang, maka harus “dibayar” dengan sogokan kepada orang yang berhak memberikan jabatan tersebut.
5) Pemberontakan tentara Jenissari. Jernissari adalah tentara kerajaan Usmani yang bertugas dalam ekspansi militer dalam memperluas wilayahnya. Akan tetapi, tentara Jenissari sendiri melakukan pemberontakan. Bahkan pemberontakan dilakukan sebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M dan 1826.
6) Merosotnya ekonomi. Hal ini dikarenakan perang yang tak pernah berhenti, sehingga anggaran digunakan untuk kepentingan perang, sedangkan pendapatan berkurang dan belanja negara banyak.
7) Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi. Hal ini dikarenakan kerajaan Usmani kurang berhasil dalam pengembangan ilmu dan teknologi, dan hanya mementingkan pengembangan kekuatan militer.
10. Peradaban Islam Masa Kerajaan Safawi di Persia (1501-1732 M)
Kerajaan Syafawi berdiri sejak tahun 1503-1722 M. kerajaan ini berngkat dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama tarekat syafawiyah.
Kondisi keagamaan pada masa kerajaan Syafawi tidak memaksakan rakyatnya agar Syi’ah menjadi agama Negara, tetapi ia menanamkan sikap toleransi. Stabilitas politik kerajaan Syafawi pada masa Abbas I ternyata telah memacu perkembangan perekonomian Syafawi, terlebih setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar Abbas. Disamping sector perdagangan, kerajaan Syafawi juga mengalami kemajuan di sector pertanian terutama di daerah bulan tsabit subur.
Dalam sejarah Islam, bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan berjasa dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila pada masa kerajaan Syafawi, khususnya ketika masa Abbas I, tradisi keilmuwan terus berkembang.
11. Peradaban Islam Masa Kerajaan Mughal di India (1526-1857)
a. Latar Belakang berdirinya Kerajaan Mughal
b. Perkembangan Kerajaan Mughal
c. Sebab-Sebab mundurnya Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan Syafawi. Jadi, diantara tiga kerajaan besar Islam tersebut, kerajaan inilah yang termuda. Kerajaan Mughal didirikan oleh Zahirudin Babur, salah satu dari cucu Timur Lenk. Kerajaan Mughal mulai berkuasa sejak tahun 1526 sampai tahun 1707. Kerajaan ini mempunyai sultan-sultan yang besar dan terkenal pada abad ke 17, yaitu Akbar (1556-1606), Jengahir (1605-1627) dengan permaisurinya Nurjannah, Syah Jehan (1628-1658), dan Aurangzeb (1659-1707).
Di masa Akbar kerajaan tidak dijalankan dengan kekerasan. Ia banyak menyatu dengan rakyat, bahkan rakyat dari berbagai agama tidak dpandangnya sebagai orang lain dan dirinyapun dibuatnya menjadi orang Hindustan sejati. Dalam urusan pemerintahan, dia menyusun pentadbiran secara teratur yang jarang taranya, sehingga Inggris satu setengah abad kemudian setelah menaklukkan India, tidak dapat memilih jalan lain, hanya meneruskan administrasi Sultan Akbar.
Didalam permasalahan agama, beliau sangat toleran dan bagi orang yang beragama Hindu dihormati oleh Akbar dan tidak dipaksa untuk memeluk agama Islam. Dengan demikian, Akbar adalah seorang Reforman kerajaan Mughal yang telah menata pemerintahan dengan sistem yang lebih baik disbanding kerajaan-kerajaan sebelumnya.
Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi kerajaan Mughal pada abad ke 17, mengalami kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan budaya. Di bidang pengetahuan kebahasaan Akbar telah menjadikan tiga bahasa sebagai bahasa nasional, yaitu bahasa Arab sebagai bahasa agama, bahasa Turki sebagai bangsawan dan bahasa Persia sebagai bahasa Istana dan kesusastraan.
Sementara karya seni yang paling menonjol adalah karya sastra gubahan penyair Istana, baik yang berbahasa Persia maupun bahasa India. Karya seni yang dapat dinikmati sekarang merupakan karya seni yang terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan.
Berdasarkan uraian diatas, maka ilmu pengetahuan, seni, dan budaya pada masa Kerajaan Mughal cukup pesat, khususnya pada masa Akbar dan Aurangzeb.
12. Peradaban Islam di Nusantara
a. Sejarah masuknya Islam di Nusantara
Pada tahun 173 H., sebuah kapal layer dengan pemimpin “Makhada Khalifah” dari Teluk Kambay Gujarat berlabuh di Bandar Perlak dengan membawa kira-kira 100 orang anggota dakwah yang terdiri atas orang Arab, Persia dan Hindia. Mereka menyamar sebagai awak kapal dagang, dan khalifah menyamar sebagai kaptennya. Mahkad Khalifah adalah seorang yang bijak dalam dakwahnya sehingga dalam waktu kurang dari sxetengah abad, Meurah (raja) dan seluruh rakyaj kemeurahan Perlak yang beragama Hindu-Budha dengan sukarela masuk agama Islam. Kerajaan pertama Islam berdiri pada awal abad ke 3 H./ 9 M. berlokasi di Perlak.
Selanjutnya Islam masuk ke pulau Jawa diperkirakan pada abad ke 11 M., dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maemun di lereng Gresik yang berangkat pada tahun 475 H. data sejarah lainnya menyebutkan bahwa Islam masuk ke pulau Jawa pada abad ke 12/13 M., ke Maluku sekitar abad ke-14 M.
Islam yang disebar di kawasan Asia Tenggara telah lengkap dengan berbagai aliran kalam, fiqh, tasawuf dan tarekat yang dikembangkan oleh Ulama sebelumnya. Oleh karena itu terdapat dua kecenderungan umat Islam ketika itu. Pertama, golongan tradisional yang mengikatkan diri pada madzhab atau aliran tertentu, kedua, golongan modernis yang menganggap bahwa kemunduran Islam karena pelaksanaan ajaran yang sudah tidak murni lagi.
Pembaharuan yang terjadi di dunia Islam yang dipelopori oleh ulama modernis di berbagai Negara, yaitu Muhammad Ibn Al-wahab di Saudi Arabia, Jamaludin Al-Afgani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridho di Mesir, bedampak ke Indonesia bersamaan dengan kembalinya Haji Miskin (1802) setelah melakukan ibadah haji dari Mekah.
Pembaharuan pemahaman agama Islam ditunjukkan untuk :
1) Menyucikan Islam dari pengaruh bid’ah
2) Pendidikan yang lebih tinggi bagi umat Islam
3) Pembaharuan rumusan ajaran Islam terhadap pengaruh Barat dan Kristen.
b. Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara
1) Samudra Pasai, Kerajaan islam pertama di indonesia adalah samudra Pasai. Terletak di pesisir timur laut aceh. Diperkirakan berdiri awal atau pertengahan abad ke-13 M. Bukti berdirinya kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-13 M didukung oleh adanya nisan kubur terbuat dari bahan granit buatan Samudra Pasai. Malik Al-Shaleh adalah raja pertama dan pendiri kerajaan tersebut. Kerajaan Samudra Pasai berlangsung sampai Tahun 1524 M, dan ditaklukan portugis pada 1521 M.
2) Aceh Darussalam, Kerajaan Aceh terletak di Kabupaten Aceh Besar. Kurang diketahui kapan kerajaan ini berdiri. Anas Machmud berpendapat, kerajaan Aceh berdiri padaabad ke-15 M, diatas puing-puing kerajaan Lamuri. Puncak Keemasannya ada pada saat di Pimpin oleh Sultan Iskandar Muda dengan tangan besinya. Kemudian pada abad ke-18 M Aceh Darussalam mulai turun setelah dipimpin oleh sultan perempuan.
3) Demak. Di bawah pimpinan Sunan Ampel Denta, Walisongo bersepakat mengangkat Raden Patah untuk menjadi Raja Pertama Kerajaan Demak. Dalam menjalankan pemerintahan, terutama dalam hal agama dibantu oleh Walisongo. Pemerintahan Raden Patah berlangsung hingga awal abad ke-16 M. Ia digantikan oleh anaknya Pati Unus, kemudian Pati unus digantikan oleh Trenggono dan dilantik sebagai sultan oleh Sunan Gunug Jati. Pada tahun 1546, dalam penyerbuan ke blambangan, Sultan Trenggono terbunuh, dan digantikan oleh adiknya. Setelah itu, terjadi pemberontakan oleh adipati sekitar demak. Dan Sunan Prawoto terbunuh. Hal ini adalah akhir dari kerajaan demak.
4) Pajang, Kesultanan Pajang adalah penerus kerajaan Islam Demak. Dipimpin oleh Jaka Tingkir yang sebelumnya diangkat oleh Sultan Trenggono untuk memimin Pajang dan setelah dinikahkan dengan anak dari Sultan trenggono. Riwayat kerajaan pajang berakhir pada tahun 1618 M. Kerajaan Pajang waktu itu memberontak terhadap Mataran yang pada waktu itu dibawah Sultan Agung, Pajang dihancurkan, dan rajanya melarikan diri ke Giri dan Surabaya.
5) Mataram, Awal dari kerajaan Maatarm adalah ketika Sultan Adiwijaya meminta bantuan Ki Pamanahan yang berasal dari daerah pedalaman untuk menghadapi dan menumpas pemberontak Aria Panangsang. Dan kemudian di beri hadiah daerah Mataram, yang kemudian mmenurunukan raja-raja Mataram Islam. Pada tahun 1677 M dan 1678 M, pemberontakan para ulama muncul dengan tokoh spiritual Raden Kajoran. Pemberontakan-Pemberontakan seperti ini yang mengakibatkan runtuhnya Kraton Mataram.
6) Cirebon, Kesultanan Cirebon didirikan oleh Sunan Gunug Jati. Setelah Cirebon resmi berdirisebagai sebuah kerajaan Islam yang bebas dari kekuasaan Pajajaran, Sunan Gunung Jati berusaha meruntuhkan Kerajaan Pajajaran yang belum menganut Islam. Setelah Sunan Gunung Jati wafat ia digantikan oleh cicitnya yaitu Panembahan Ratu. Keutuhan kerajaan Cirebon hanya sampai Pangeran Girilaya.
7) Banten, Pada tahun 1524 M, Sunan Gunung Jati Cirebon meletakan dasar bagi pengembangan agama dan Kerajaan islam. Pada tahun 1568, disaat kekuasaan Demak beralih ke Pajang, Sultan Hasanudin memerdekakan Banten. Pada saat Banten dipimpin oleh Sultan Abdulfath ini tterjadi beberapa peperangan antara Banten dengan VOC yang berakhir dengan ditandantanganinya perjanjian perdamaian tahun 1659 M.
8) Kerajaan banjar Di Kalimantan, Kerajaan Banjar merupakan kelanjutan dari Kerajaan Daha yang beragama Hindu. Peristiwa ini diaja sukarama meninggal anak tertuanya yang menggantikannya, yaitu Pangeran Mangkubumi, setelah Mangkubumi wafat, pangeran tumenggung yang menggantikannya.
9) Kutai di Kalimantan Timur, Menurut cerita, Kerajaan Kutai berubah menjadi Islam ketika ada dua orang penyebar Islam ke Kutai yang bernama Dato’ Ri Bandang, dan Tuan Parangan. Setelah pengislaman Dato’ Ri Bandang kembali ke Makassar dan Tuan Parangan tetap di Kutai. Mulai yang terakhir inilah Raja Mahkota tunduk pada Islam
10) Maluku, Raja pertama di maluku yang benar-benar muslim adalah Zayn Al-‘Abidin (1486-1500 M). Di masa itu gelombang perdagangan muslim terus meningkat sehingga raja menyerah kepad tekanan pedagang islam dan belajar tentang islam di Madrsah Giri. Karena usia islam masih muda, portugis berusah mempengaruhi mereka untuk masuk Kristen, tetapi usah mereka tak menghasilkan banyak.
11) Sulawesi (Gowa-Tallo, Bone, Wajo, Soppeng dan Luwu), Kerajaan Gowa dan Tallo merupakan kerajaan kembar yang saling berbatasan. Dan terletak di semenanjung barat sulawesi. Penyebaran islam dengan tradisiyang telah lama diterima oleh para raja, kneurunan To manurung. Tradisi itu mengharuskan raja untuk memberitahukan hal baik kepada semua orang. Karena itu memberitahukan pesan Islam ke kerajaan yang lain seperti Luwu, Wajo, Soppeng, dan bone. Meskipun akhirnya semua mau masuk Islam, tetapi peperangan masih belranjut untuk mendapatkan keuntungan.
c. Penyebaran Islam di Nusantara (kaitannya dengan tasawuf)
Tasawuf merupakan salah satu saluran yang penting dalam proses Islamisasi. Tasawuf termasuk kategori yang berfungsi dan membentuk kehidupan sosial bangsa Indonesia yang meninggalkan bukti-buktimyang jelas pada tulisantulisan antara abad ke-13 dan ke-18. Hal itu bertalian langsung dengan penyebaran Islam di Indonesia. Dalam hal ini para ahli tasawuf hidup dalam kesederhanaan, mereka selalu berusaha menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama di tengah-tengah masyarakatnya. Para ahli tasawuf biasanya memiliki keahlian untuk menyembuhkan penyakit dan lain-lain. Jalur tasawuf, yaitu proses islamisasi dengan mengajarknan teosofi dengan mengakomodir nilai-nilai budaya bahkan ajaran agama yang ada yaitu agama Hindu ke dalam ajaran Islam, dengan tentu saja terlebih dahulu dikodifikasikan dengan nilai-nilai Islam sehingga mudah dimengerti dan diterima.
Pengajar-pengajar tasawuf, atau para sufi, mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal-soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Di antara mereka ada yang mengawini puteri – puteri bangsawan setempat. Dengan tasawuf bentuk Islam yang di ajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru tersebut mudah dimengerti dan diterima. Ajaran mistik ini masih berkembang di abad ke- 19 bahkan di abad ke-20 M ini.
Tasawuf dan Tarekat, sudah diterangkan pula bahwa bersamaan dengan pedagang, datang pula para ulama, da’I, dan sufi pengembara. Kemudian mereka diangkat menjadi penasihat dan atau pejabat agama di kerajaan. Seperti di Aceh ada Syaikh Hamzah Fansuri, Syamsuddin Sumatrani, Nurudin ar-Raniri, Abd. Rauf Singkel. Demikian pula kerajaan-kerajaan di Jawa mempunyai penasuhat yang mempunyai gelar wali, yang terkenal adalah Wali Songo. Para sufi menyebarkan Islam dengan dua cara:
1) Dengan membentuk kader Mubalig, agar mampu mengajarkan serta menyebarkan agama Islam didaerah asalnya
2) Melalui karya-karya tulis tersebar dan dan dibaca berbagai tempat. Di abad ke-17, Aceh adalah pusat perkembangan karya-karya keagamaan yang ditulis para ulama dan para sufi.
13. Munculnya Renaisence dan Kolonialisasi atas Dunia Islam
a. Munculnya Renaisence di Eropa
Eropa menghadapi tantangan yang sangat berat. Terutama kerajaan usmani yang perpusat di Turki. Mereka melakukan berbagai penelitian tentang rahasia alam, berusaha menaklukkan lautan, dan menjelajahi benua yang sebelumnya masih diliputi oleh kegelapan. Setelah christoper colombus menemukan benua amerika (1492 M) dan vasco da gama menemukan jalan ke timur melalui tanjung harapan (1498 M), benua amerika dan kepulauan hindia segera jatuh ke bawah kekuasaan eropa.
Eropa menjadi maju dalam dunia perdagangan. L. stoddard menggambarkan, dengan sekejap mata dinding laut itu berubah menjadi jalan raya dan eropa yang semula terpojok segera menjadi yang dipertuankan di laut dan dengan demikian, yang dipertuan di dunia. Perekonomian bangasa–bangsa eropa pun semakin maju karena daerah–daerah baru terbuka baginya.
Tak lama stelah itu, mulailah kemajuan barat melampaui kemajuan islam yang sejak lama mengalami kemunduran. Kemajuan barat itu dipercepat oleh penemuan dan perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Penemuan mesin uap yang kemudian melahirkan revolusi industri di eropa semakin memantapkan kemajuan mereka. Teknologi perkepalan dan militer berkembang dengan pesat.
Eropa menjadi penguasa lautan dan bebas melakukan kegiatan ekonomi dan perdangan ke seluruh dunia. Negeri–negeri islam yang pertama kali jatuh ke bawah kekuatan eropa adalah negeri–negeri yang jauh dari pusat kekuasaan kerajaan usmani, Negeri – negeri islam yang pertama dapat dikuasai barat itu adalah negeri – negeri islam di asia tenggara dan di anak benua india. Sementara, negeri–negeri islam di timur tengah yang berada di bawah kekuasaan kerajaan usmani, baru diduduki eropa pada masa berikutnya.
b. Pembaruan dalam Dunia Islam
Benturan-benturan antara Islam dan kekuatan Eropa telah menyadarkan umat Islam bahwa, mereka memang jauh tertinggal dari Eropa. Hal ini dirasakan dan disadari pertama kali oleh Turki, karena kerajaan inilah yang pertama dan utama dalam usaha menghadapi kekuatan Eropa. Kesadaran itu memaksa penguasa dan pejuang-pejuang Turki untuk banya belajar dari Eropa.
Usaha untuk memulihkan kembali kekuatan Islam pada umumnya didorong oleh dua faktor, yakni pertama: permurnian ajaran Islam dari unsur-unsur asing yang dipandang sebagai penyebab kemunduran Islam, seperti gerakan Wahhabiyah yang dipelopori oleh Muhammad bin Abd al-Wahhab di Saudi Arabia, Syah Waliyullah di India dan gerakan Sanusiyah di Afrika Utara yang dipimpin oleh Said Muhammad Sanusi dari Aljazair. Kedua: Menimba gagasan-gagasan pembaruan dan ilmu pengetahuan dari Barat. Hal ini tercermin dalam pengiriman para pelajar muslim oleh penguasa Turki dan Mesir ke negara-negara Eropa untuk menimba ilmu pengetahuan dan dilanjutkan dengan gerakan penerjemahan karya-karya Barat ke dalam bahasa mereka. Pelajar-pelajar India juga banyak yang menuntut ilmu ke Inggris.
Gerakan pembaharuan itu, dengan segera juga memasuki dunia politik, karena Islam memang tidak bisa dipisahkan dengan politik. Gagasan politik yang pertama kali muncul adalah gagasan Pan-Islamisme (Persatuan umat Islam Sedunia) yang pada awalnya didengungkan oleh gerakan Wahhabiyah dan Sanusiayah. Namun, gagasan ini baru disuarakan dengan lantang oleh tokoh pemikir Islam terkenal, Jamaludin al-Afghani. Al-Afghani-lah orang pertama yang menyadari sepenuhnya akan dominasi Barat dan bahayanya. Oleh karena itu, dia mengabdikan dirinya untuk memperingatkan dunia Islam akan hal tersebut dan melakukan usaha-usaha untuk pertahanan. Umat Islam, menurutnya, harus meninggalkan perselisihan-perselisihan dan berjuang di bawah panji bersama. Ia juga berusaha membangkitkan semangat lokal dan nasional negeri-negeri Islam. Karena itu, al-Afghani dikenal sebagai Bapak Nasionalisme dalam Islam.
Semangat Pan-Islamisme yang bergelora itu mendorong Sultan Hamid II, untuk mengundang al-Afghani ke Istanbul. Gagasan ini dengan cepat mendapat sambutan hangat dari negeri-negeri Islam. Akan tetapi, semangat demokrasi al-Afghani tersebut menjadi duri bagi kekuasaan sultan, sehingga al-Afghani tidak diizinkan berbuat banyak di Istanbul. Setelah itu, gagasan Pan-Islamisme dengan cepat redup, terutama setelah Turki Usmani bersama sekutunya Jerman, kalah dalam Perang Dunia I dan kekhalifahan dihapuskan oleh Mustafa Kemal, tokoh yang justru mendukung nasionalisme, rasa kesetiaan kepada negara kebangsaan.
Gagasan nasionalisme yang berasal dari Barat tersebut masuk ke negeri-negeri Islam melalui persentuhan umat Islam dengan Barat yang menjajah mereka dan dipercepat oleh banyaknya pelajar Islam yang menuntut ilmu ke Eropa atau lembaga-lembaga pendidikan barat yang didirikan di negeri mereka. Gagasan kebangsaan ini pada mulanya banyak mendapat tantangan dari pemuka-pemuka Islam, karena dipandang tidak sejalan dengan semangat uóuwaú al-Islamiyaú. Akan tetapi, gagasan ini berkembang dengan cepat setalah gagasan Pan-Islamisme redup.
Di Mesir, benih-benih nasionalisme tumbuh sejak masa al-Tahtawi dan Jamludin al-Afghani. Tokoh pergerakan terkenal yang memperjuangkan gagasan ini adalah Ahmad Urabi Pasha. Gagasan tersebut menyebar dan mendapat sambutan hangat, sehingga nasionalisme tersebut terbentuk atas dasar kesamaan bahasa. Hal itu terjadi di Mesir, Syiria, libanon, Palestina, Irak, Bahrain, dan Kuwait. Semangat persatuan Arab tersebut diperkuat pula oleh usaha barat untuk mendirikan negara Yahudi di tengah-tengah bangsa Arab.
Di India, sebagaimana di Turki dan Mesir, gagasan Pan-Islamisme yang dikenal dengan gerakan óilafaú juga mendapat pengikut. Syed Amir Ali adalah salah seorang pelopornya. Namun, gerakan ini pudar setelah usaha menghidupkan kembali khilafah yang dihapuskan Mustafa Kemal tidak memungkinkan lagi. Yang populer adalah gerakan nasionalisme, yang diwakili oleh Partai Kongres Nasional India. Akan tetapi, gagasan nasionalisme itu segera pula ditinggalkan sebagian besar tokoh-tokoh Islam, karena kaum muslim yang minoritas tertekan oleh kelompok Hindu yang mayoritas.
Persatuan antar kedua komunitas besar Hindu dan Islam sulit diwujudkan. Oleh karena itu, umat Islam di anak benua India tidak lagi semangat menganut nasionalisme, tetapi Islamisme, yang dalam masyarakat India dikenal dengan nama komunalisme. Gagasan Komunalisme Islam disuarakan oleh Liga Muslimin yang merupakan saingan bagi Partai Kongres Nasional. Benih-benih gagasan Islamisme tersebut sebenarnya sudah ada sebelum Liga Muslimin berdiri, yang disuarakan oleh Sayyid Ahmad Khan, kemudian mengkristal pada masa Iqbal dan Muhammad Ali Jinnah.
c. Kolonialisasi atas dunia Islam
Invasi Eropa terhadap dunia Islam tidak pernah sama, tetapi selalu secara menyeluruh dan efektif. Penetrasi Barat terhadap dunia Islam di Timur Tengah pertama-tama dilakukan oleh dua bangsa Eropa terkemuka, Inggris dan Perancis. Inggris terlebih dahulu mencoba menguasai kerajaan Mughal India. Selama pertengahan terakhir abad ke-18, para pedagang Inggris telah memantapkan diri di Benggali. Rentang waktu antara 1798 – 1818, dengan perjanjian atau aksi militer, pemerintahan kolonial Inggris tersebar ke seluruh India, kecuali lembah Indus, yang baru menyerah pada tahun 1843 – 1849.
Sementara itu Perancis merasa perlu memutuskan hubungan komunikasi antara Inggris di barat dan India di timur. Oleh karena itu, pintu gerbang ke India, yakni Mesir berhasil ditaklukkan dan dikuasai oleh Napoleon Bonaparte pada tahun 1798 M. Alasan lain Perancis menaklukkan Mesir adalah untuk memasarkan hasil-hasil industrinya. Mesir, di samping mudah dicapai dari Perancis juga dapat menjadi sentral aktivitas untuk mendistribusikan barang-barang ke Turki, Syiria hingga ke timur jauh.
Faktor utama yang menarik kehadiran kekuatan-kekuatan Eropa ke negara-negara muslim adalah ekonomi dan politik. kemajuan Eropa dalam bidang industri menyebabkannya membutuhkan bahan-bahan baku, di samping rempah-rempah. Mereka juga membutuhkan negeri-negeri tempat memasarkan hasil industri mereka. Untuk menunjang perekonomian tersebut, kekuatan politik diperlukan sekali.
d. Kolonialisasi atas Nusantara
Asia Tenggara, negeri tempat Islam baru berkembang, yang merupakan daerah penghasil rempah-rempah terkenal pada masa itu, menjadi ajang perebutan negara-negara Eropa. Kerajaan-kerajaan Islam di wilayah ini lebih lemah dibandingkan dengan kerajaan Mughal, sehingga lebih mudah ditaklukkan oleh bangsa Eropa.
Kerajaan Islam Malaka yang berdiri pada awal abad ke-15 M di Semenanjung Malaya yang strategis merupakan kerajaan Islam kedua di Asia Tenggara setelah Samudera Pasai, ditaklukkan Portugis pada tahun 1511 M. Sejak itu peperangan-peperangan antara Portugis melawan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia seringkali berkobar. Pedagang-pedagang Portugis berupaya menguasai Maluku yang sangat kaya akan rempah-rempah.
Pada tahun 1521 M, Spanyol datang ke Maluku dengan tujuan dagang. Spanyol berhasil menguasai Filipina, termasuk di dalamnya beberapa kerajaan Islam, seperti Kesultanan Maguindanao, Buayan dan Kesultanan Sulu. Akhir abad ke-16 M, giliran Belanda, Inggris, Denmark dan Perancis, datang ke Asia Tenggara. Namun, Perancis dan Denmark tidak berhasil menguasai negeri di Asia Tenggara dan hanya datang untuk berdagang. Kekuasaan politik negara-negara Eropa di negara-negara Asia berlanjut terus hingga pertengahan abad ke-20.
14. Pembaharuan di Nusantara
a. Latar Belakang
Pemikiran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam timbul terutama sebagai hasil kontak yang terjadi antara dunia Islam dan Barat. Dengan adanya kontak itu, umat Islam abad XIX sadar bahwa mereka telah mengalami kemunduran diperbandingan dengan Barat. Sebelum periode modern, kontak sebenarnya sudah ada, terlebih antara Kerajaan Usmani yang mempunyai daerah kekuasaan di daratan Eropa dengan beberapa negara Barat.
Pembaharuan yang diusahakan pemuka-pemuka Usmani abad kedelapan belas tidak ada artinya. Usaha dilanjutkan di abad kesembilan belas dan inilah kemudian yang membawa kepada perubahan besar di Turki. Seoarang terpelajar Islam memberikan gambaran pada abad kesembilan belas, Ia mengatakan betapa terbelakangnya umat Islam ketika itu.
Kontak dengan kebudayaan Barat yang lebih tinggi ini ditambah dengan cepatnya kekuatan Mesir dapat dipatahkan oleh Napoleon, membuka mata pemuka-pemuka Islam Mesir untuk mengadakan pembaharuan. Dimana usaha pembaharuan dimulai oleh Muhammad Ali Pasya (1765-1848 M) seorang perwira Turki.
Hal ini dilakukan karena betapa pun hebatnya paham-paham yang dihasilkan para ulama atau pakar di zaman lampau itu tetap ada kekurangannya dan selalu dipengaruhi oleh kecenderungan, pengetahuan, situasi sosial, dan lain sebagainya. Paham-paham tersebut untuk di masa sekarang mungkin masih banyak yang relevan dan masih dapat digunakan, tetapi mungkin sudah banyak yang tidak sesuai lagi.
Selain itu pembaharuan dalam islam dapat pula berarti mengubah keadaan umat agar mengikuti ajaran yang terdapat di dalam Al-Qur’an & Al-Sunnah. Hal ini perlu dilakukan karena terjadi kesenjangan antara yang dikehendaki Al-Qur’an dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat. Dengan demikian, maka pembaharuan islam mengandung maksud mengembalikan sikap dan pandangan hidup umat agar sejalan dengan petunjuk Al-Qur’an & Al-Sunnah.
b. Masuk dan perkembangan Pembaruan di Nusantara
Pada awal abad ke-20, ide-ide pembaharuan terlihat telah turut mewarnai arus pemikiran dan gerakan Islam di Indonesia. Menilik latar belakang kehidupan sebagian tokoh-tokohnya, sangat mungkin diasumsikan bahwa perkembangan baru Islam di Indonesia sedikit banyak dipengaruhi oleh ide-ide yang berasal dari luar Indonesia. Seperti misalnya Ahmad Dahlan (Muhammadiyah), Ahmad Surkati (Al-Irshad), Zamzam (Persis), yang ketiganya sempat menimba ilmu di Mekkah dan melalui media publikasi dan korespondensi mereka berkesempatan untuk dapat berinteraksi dengan arus pemikiran baru Islam dari Mesir. Tokoh lainnya seperti Tjokroaminoto (Sarekat Islam) juga dikenal menggali inspirasi gerakannya dari ide-ide pembaharuan Islam di anak benua India.
Secara umum kelahiran dan perkembangan pembaharuan Islam di Indonesia merupakan wujud respon terhadap kemunduran Islam sebagai agama karena praktek-praktek penyimpangan, keterbelakangan para pemeluknya dan adanya invansi politik, kultural dan intelektual dari dunia Barat.
Gerakan pembaharuan Islam di Indonesia tidaklah muncul dalam satu pola dan bentuk yang sama, melainkan memiliki karakter dan orientasi yang beragam. Disini penting dipahami bahwa gerakan nasionalisme Indonesia yang bangkit sekitar awal abad ke-20 diusung sebagiannya oleh tokoh-tokoh modernis muslim tidak hanya melalui kendaraan gerakan yang berdasar atau berafiliasi ideologis pada Islam. Sejarah menunjukkan bahwa Islam ternyata hanya menjadi salah satu alternatif yang mungkin bagi tokoh-tokoh modernis muslim di Indonesia sebagai sumber rujukan teoritis dan instrumental gerakan pembaharuan dan nasionalismenya. Sekalipun demikian, hal ini tidak mengecilkan pengertian adanya keterkaitan antara dimensi penghayatan religius dan artikulasi perjuangan sosial-politik di masyarakat. Dengan kata lain, kesadaran nasional sebagai anak bangsa yang terjajah oleh penguasa asing tampaknya memikat mereka untuk bersama-sama menempatkan prioritas nasional sebagai ujud kepeduliannya.
Dengan kian massifnya kiprah gerakan pembaharuan Islam di Indonesia di tengah-tengah masyarakat, secara umum pada awal abad ke-20 M tersebut, corak gerakan keagamaan Islam di Indonesia dapat dipetakan dengan meminjam sebagai berikut: (1) Tradisionalis-konservatis, yakni mereka yang menolak kecenderungan westernisasi (pembaratan) dengan mengatasnamakan Islam yang secara pemahaman dan pengamalan melestarikan tradisi-tradisi yang bercorak lokal. Pendukung kelompok ini rata-rata dari kalangan ulama, tarekat dan penduduk pedesaan; (2) Reformis-modernis, yakni mereka menegaskan relevansi Islam untuk semua lapangan kehidupan baik privat maupun publik. Islam dipandang memiliki karakter fleksibilitas dalam berinteraksi dengan perkembangan zaman; (3) Radikal-puritan, seraya sepakat dengan klaim fleksibilitas Islam di tengah arus zaman, mereka enggan memakai kecenderungan kaum modernis dalam memanfaatkan ide-ide Barat. Mereka lebih percaya pada penafsiran yang disebutnya sebagai murni Islami. Kelompok ini juga mengkritik pemikiran dan cara-cara implementatif kaum tradisionalis. Sebagai pengayaan, menarik jika tipologi ini dikomparasikan dengan kasus gerakan Islam yang berkembang di Turki.
c. Pusat-Pusat Pembaruan di Nusantara
Gerakan yang lahir di Timur Tengah itu telah memberikan pengaruh besar kepada kebangkitan islam di Indonesia. Bermula dari pembaharuan pemikiran pemikiran dan pendidikan islam di Minangkabau, yang disusul oleh pembaharuan pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat Arab di Indonesia, kebangkitan islam semakin berkembang membentuk organisasi-organisasi sosial keagamaan, seperti Sarekat Dagang Islam (SDI) di Bogor (1909) dan Solo (1911), Persyarikatan Ulama di Majalengka, Jawa Barat (1911), Muhammadiyah di Yogyakarta (1912), Persatuan Islam (Persis) di Bandung (1920-an), Nahdatul Ulama (NU) di Surabaya (1926), dan Persatuan Tarbiyah Islamiah (Perti) di Candung, Bukittinggi (1930), dan Partai-partai Politik, seperti Sarekat Islam (SI) yang merupakan kelanjutan dari SDI, Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) di Padang Panjang (1932) yang merupakan kelanjutan, dan perluasan dari organisasi pendidikan Thawalib, dan Partai Islam Indonesia (PII) pada tahun 1938. Organisasi-organisasi sosial keagamaan Islam dan organisasi-organisasi yang didirikan kaum terpelajar, menandakan tumbuhnya benih-benih nasionalisme dalam pengertian modern.
d. Jalur-Jalur Pembaruan di Nusantara
Ide-ide pembaharuan Islam dari luar yang masuk ke Indonesia dengan demikian dapat dibaca berlangsung secara berproses setidaknya melalui 3 (tiga) jalur:
1) Jalur haji dan mukim, yakni tradisi (pemuka) umat Islam Indonesia yang menunaikan ibadah haji ketika itu bermukim untuk sementara waktu guna menimba dan memperdalam ilmu keagamaan atau pengetahuan lainnya. Sehingga ketika mereka kembali ke tanah air, kualitas keilmuan dan pengamalan keagamaan mereka umumnya semakin meningkat. Ide-ide baru yang mereka peroleh tak jarang kemudian juga mempengaruhi orientasi pemikiran dan dakwah mereka di tanah air
2) Jalur publikasi, yakni berupa jurnal atau majalah-majalah yang memuat ide-ide pembaharuan Islam baik dari terbitan Mesir maupun Beirut. Wacana yang disuarakan media tersebut kemudian menarik muslim nusantara untuk mentransliterasikannya ke dalam bahasa lokal, seperti pernah muncul jurnal al-Imam, Neracha dan Tunas Melayu di Singapura. Di Sumatera Barat juga terbit al-Munir yang sebagian materinya disadur K.H. Ahmad Dahlan kedalam bahasa Jawa agar mudah dikonsumsi anggota masyarakat yang hanya menguasai bahasa ini
3) Peran mahasiswa yang sempat menimba ilmu di Timur-Tengah. Menurut Achmad Jainuri, para pemimpin gerakan pembaharuan Islam awal di Indonesia hampir merata adalah alumni pendidikan Mekah.
e. Tokoh-Tokoh Pembaruan di Nusantara
1) Tokoh-tokoh dekade 60-an
a) Harun Nasution Harun nasution dilahirkan di Pematang Siantar, Sumatra Utara 23 September 1919. Tingkat SD (HIS) sudah itu melanjutkan studi islam ke tingkat menengah (MIK) karena desakan orang tuanya akhirnya beliau belajar di Saudi Arabia, setelah itu ia pindah ke Kairo. Ide-ide pembaharuannya: Tidak adanya pertentangan akal dengan iman, menurut beliau iman akan diperdalam apabila akal dipergunakan sepenuhnya, beliau juga mengungkapkan sebuah harapan dan keyakinan yang kiranya tidak berlaku bagi umat islam saja akan tetapi semua agama akan menemukan kembali vitalitas dan kemampuannya untuk menghadapi tantangan zaman, apabila agama itu memberikan tempat terhormat pada pikiran. Pengetahuan-pengetahuan tentang keagamaan tidak semata-mata berdasarkan wahyu.Ide Harun Nasution ini sangat bertentangan dengan pemikiran yang dominan pada saat itu, pendapat ini mendobrak tradisi pemikiran yang menekankan cohevisien.Tidak mengharamkan adanya pertentangan pemikiran- pemikiran yang bersifat individual.
b) Mukti Ali Ide-ide mukti Ali: Modernisasi Merupakan paham yang bertujuan untuk memurnikan islam dengan cara mengajak umat islam untuk kembali kepada al-Qur‟an dan sunnah dan mendorong kebebesan berfikir sepanjang tidak bertentangan dengan teks al-qur‟an dan hadits yang saheh. Keharusan untuk berijtihad khususnya masalah-masalah muamalah (kemasyarakatan) dan menolak sifat junud (kebekuan) dalam berfikir dan sifat taklid (mengikuti) sesuatu tanpa pengetahuan.
2) Tokoh-tokoh dekade 80-an
a) Munawir Sjadzali Munawir Ide Ide Pembaharuannya: Islam dan Negara Dikalangan umat Islam sampai sekarang terdapat tiga aliran tentang hubungan antara Islam dan Negara. Aliran pertama berpendirian bahwa Islam bukanlah semata-mata agama dalam pengertian Barat, yakni hanya menyangkut hubungan antara manusia dan Tuhan, Sebaliknya Islam adalah satu agama yang sempurna dan lengkap dengan pengaturan bagi segala aspek kehidupan manusia termasuk kehidupan bemegara. Aliran kedua, berpendirian bahwa Islam adalah agama dalam pengertian Barat, yang tidak ada hubungannya dengan urusan kenegaraan.Menurut aliran ini Nabi Muhammad hanyalah seorang Rasul biasa seperti hanya rasul – rasul sebelumnya, dengan tugas tunggal mengajak manusia kembali kepada kehidupan yang mulia dengan menjunjung tinggi budi pekerti luhur dan Nabi tidak pernah dimaksudkan untuk mendirikan dengan mengepalai suatu negara. Aliran ketiga , menolak pendapat bahwa Islam adalah suatu agama serba lengakap dan bahwa dalam Islam terdapat sistem ketatanegaraan. Tetapi aliran ini juga menolak anggapan bahwa Islam adalah agama dalam pengertian barat yang hanya mengatur hubungan antara manusia dan penciptanya
b) Abdurrahman Wahid Abdurrahman Wahid, dengan panggilan Gus Dur dilahirkan di Tebuireng, Jombang. Jawa Timur 1940. Ayahnya Wahid Hasyim pernah menjabat Menteri Agama RI, ia putra Asyari seorang ulama besar Mazhab Syaf'i yang mendirikan Pesantren Tebuireng tahun 1899 dan mendirikan NU tahun 1926. Ide-Ide Pembaharuannya: Pesantrenisasi Menurut Gus Dur sesungguhnya pondok pesantren memiliki tradisi keagamaan yang khas, yang disebut sub kultura1. Jadi Gus Dur meng,gunakapkan bahwa pondok pesantren tersebut muncul dari tradisi keaeamaan yang timbul dari kemajuan masyarakat yang berurat, berakar dari hati sanubari masyarakat. Gus Dur menyatakan bahwa sistem yang dipakai dipondok pesantren adalah sangat unik, karena memakai sistem kepemimpinan para modern. Relasi sosial kemasyarakatan antara kyai dengan santri dibangun atas landasan kepercayaan, ketaatan santri kepada kiai lebih dikarenakan mengharapkan berkah dari kiai. Dan Kiai yang paling sepuh adalah kiai pemegang otoritas penuh dalam kepemimpinan pesantren.Namun sesuai dengan perkembangan zaman, pesantren mengikuti arus kemoderenan, dimana sudah mulai dipejari pengetahuan umum seperti pelajaran bahasa melayu, matematika, ilmu bumi dan lain-lain. Sehingga otonorni yang diberikan pondok pesantren cukup fleksibel dalam rangka konsep pendidikan yang baru.
15. Pembaharuan di Aceh
a. Masuk dan perkembangan Pembaruan di Aceh
b. Faktor dan penyebab terjadi pembaruan di Aceh
c. Pusat-Pusat Pembaruan di Aceh
d. Jalur-Jalur Pembaruan di Aceh
e. Tokoh-Tokoh Pembaruan di Aceh
f. Hasil dari Pembaruan di Aceh
Abd Al-Rauf Al-Sinkili adalah tokoh legendaris yang hidup pada masa puncak kejayaan kerajaan Aceh pada waktu itu kekuasaan kerajaan Aceh dipegang oleh Sultan Iskandar Muda. Sinkel (singkel) adalah nama suatu tempat dimana disitulah ia dilahirkan, disamping nama Al-Sinkili yang sering ditempelkan pada namanya ia pula sering diberikan nama Laqob (julukan) Syekh Kuala, alasannya karena ia mengajarkan beberapa pengetahuan agama di Kuala dan meninggal dunia di sana pula.
Kebesaran nama Abd Al-Rauf Al-Sinkili dapat membedah pada gelapan diskursus para pemikir (ulama) saat itu, khususnya pada abad ke-17 yang banyak memberikan sumbangsih variasi karya tulis yang cukup gemilang, lebih khusus lagi dalam ilmu-ilmu batiniah (spiritual Islam dan tasawuf), kendati dalam ilmu-ilmu yang lainnya yaitu ilmu dhahir seperti ilmu fiqih dan ilmu hadist, ilmu tafsir ia juga sebagai tokoh yang tidak dapat dilihat sebelah mata. Dalam kacamata para ulama saat itu ia lebih dikenal sebagai tokoh ilmu batin dari pada ilmu-ilmu dhahir.
Al-Sinkili merupakan prototype ulama cendekiawan yang utuh, meminjam istilah yang dikedepankan oleh Azyumardi Azra, Al-Sinkili merupakan sosok multi sources yang dari dirinya dapat terpancar pribadi yang menguasai ilmu-ilmu dhahir sekaligus ilmu batin secara integral holistik, bahkan Azra menandaskan Al-Sinkili merupakan ulama yang mencoba mengadakan rekonsiliasi dan harmonisasi antara ilmu dhahir (ilmu fiqh) pada satu sisi dengan ilmu batin (ilmu tasawuf) pada sisi yang lain.
Al-Sinkili merupakan salah satu dari beberapa ulama yang muncul pada abad ke-17 disamping nama-nama ulama yang isinya diantaranya: Hamzah al-Fansuri, Nurudin Ar-Raniri. Kemunculan beberapa ulama pada abad ke-17 merupakan bukti historis sekaligus merupakan sanggahan terhadap beberapa pakar seperti Hamka dan Faderspiel yang berpendapat bahwa pembaharuan Islam mulai terjadi pada awal abad ke-19 dengan kemunculan Gerakan Padri di Minangkabau atau lebih belakangan lagi, pada awal abad ke-20 dengan kebangkitan apa yang disebut oleh Deliar Noer Gerakan Modern Islam. Meskipun terjadi perubahan-perubahan dalam kehidupan muslim selepas abad ke-18, namun pembaharuan Islam yang muncul pada abad ke-19 dan ke-20 mempunyai kontinuitas dengan pembaharuan pada masa sebelumnya yaitu abad ke-17-an.
Dengan demikian menurut hemat penulis pembaharuan Islam muncul pada abad ke-19 apalagi pada awal abad ke-20 tentunya kurang didukung oleh akurasi data historis dan kebenarannya perlu dipertimbangkan kembali.
Tuduhan beberapa pakar kontemporer dewasa ini, bahwa ulama nusantara hanya konsumtif terhadap wacana pemikiran Islam tentunya kurang mempunyai signifikansi data yang cukup, sebab dinamika pemikiran ulama nusantara pada awal abad ke-17 sudah menunjukkan data yang cukup mapan bahwasanya ulama Jawi cukup produktif dalam mengapresiasi perkembangan pemikiran.
Kemunculan beberapa ulama abad ketujuh belas di kawasan nusantara Yang muncul dari Aceh dengan segudang karya ilmiahnya, menunjukkan kepada masyarakat bahwa anggapan yang sementa¬ra ini dituduhkan kepada para ulama al-jawawiyin yang hanya kon¬sumtif terhadap dinamika pembaharuan tidak mempunyai faliditas apalagi signifikansi data historis yang akurat.
Para ulama abad ketujuh belas sudah menunjukkan daya kreativitas yang cukup tinggi, terbukti dengan munculnya beberapa karya ilmiah seminal Shirathal Mustaqim, karya Al-Raniri, dan Mir'at Al-Thullab, karya Al-Sinkili yang merupakan kitab fiqih mu'amalat pertama di nusantara, dan menduduki tempat dihati masyarakat. Bahkan kemunculan tafsir Melayu lengkap 30 juz pun muncul pada abad yang sama hingga abad keduapuluh tafsir tersebut, ber-tengger pada urutan tangga papan atas.
16. Ulangan Akhir Semester
H. REFERENSI
A.Hasymy , Sejarah Kebudayaan Islam
Abd. Ramadhan AL Buthi, Sirah Nabawiyah
Ahmad Abdul Hamid Ghurab, Menyingkap Tabir Orientalisme, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1993,
Ahmad Shalabi, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Pustakan al-Husna, 1988)
Akbar S.Ahmad, Rekontruksi sejarah Islam
Al-Husaini, H.M.H Al-Hamid, Membangun Peradaban Sejarah Muhammad Saw Sejak Sebelum Diutus Menjadi Nabi:
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, 2003)
Bassam Tibi, Islam dan Perubahan Kebudayaan
Budi M.Rahman, Islam Peradaban dan Historisitas
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, 2000)
Berbagai Sumber Referensi Lainnya
0 Komentar